TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Krisis Pangan Global Mengancam Dunia Imbas Invasi Rusia

Harga gandum global melonjak tajam

Seorang ibu di Madagaskar yang membagi jatah nasi kepada anggota keluarganya. (Twitter.com/WFP Madagaskar - PAM)

Jakarta, IDN Times - Dunia berada dalam ancaman krisis pangan, imbas invasi Rusia ke Ukraina. Presiden sekaligus Chief Executive Officer Yara International, Svein Tore Holsether, menyatakan sudah ada tanda-tanda yang muncul atas kekhawatiran tersebut.

Meningkatnya harga gas alam dalam persentase yang tak wajar, membuat sejumlah perusahaan, termasuk Yara International, harus melakukan pembatasan dalam produksi amonia dan urea di Eropa. Setidaknya, mereka harus menurunkan 45 persen kapasitas produksi maksimal.

Imbasnya, sektor pertanian akan terganggu. Sebab, amonia dan urea merupakan bahan baku penting dalam pertanian dan bisa membuat pasokan makanan secara global terganggu.

"Ini bukan soal apakah kita akan mengalami krisis pangan. Tapi, seberapa besar krisis pangan yang terjadi," kata Holsether, dilansis CNN Business.

Baca Juga: Sanksi Meningkat, Pengusaha Terkaya Rusia Peringatkan Ini ke Putin

Baca Juga: Timur Tengah dan Afrika Terancam Kelaparan akibat Invasi Rusia

1. Pasokan gandum terancam

pixabay.com/Ralf Kunze

Tanda-tanda krisis pangan global tak cuma berasal dari pasokan urea dan amonia yang menurun. Kenaikan harga pangan, khususnya gandum, juga menjadi indikator lainnya.

Dua pekan setelah Rusia menyerang Ukraina, harga gandum meledak, menyentuh all time high sepanjang sejarah. Sebab, gandum makin langka dan pasokannya kian terbatas.

Wajar saja, sebab Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok terbesar gandum secara global. Hampir 30 persen pasokan gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.

Tak cuma gandum, tapi harga jagung, kedelai, dan minyak sayur, juga melonjak. Kondisi ini bukan hanya menjadi ancaman yang mengintai di depan mata. Saat ini, sudah ada negara yang mengalami krisis pangan akibat konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga: AS Perluas Sanksi ke Rusia, Kini Mencakup Cryptocurrency

2. Irak mengalami krisis pangan

Sebanyak lebih dari 350 ribu orang di Tigray, Ethiopia, mengalami kelaparan setelah konflik terjadi. (Twitter.com/berhemalet)

Irak sudah merasakan imbas dari perang Rusia dengan Ukraina. Mereka telah mengalami krisis pangan, dimulai dari kenaikan harga yang tak wajar.

Protes terkait meledaknya harga pangan sudah terjadi di Irak sejak tengah pekan lalu. Lebih dari 500 pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun pusat di kota Nasiriya memprotes kenaikan harga pangan yang begitu drastis.

"Kenaikan harga mencekik kami, entah itu roti atau produk makanan lainnya. Kami hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan," kata pensiunan guru di Irak, Hassan Kazem dikutip Al Jazeera.

Pemerintah Irak sebenarnya sudah melayangkan protes ke Rusia dan Ukraina. mereka menyalahkan kedua negara itu yang sibuk berperang dan membuat kondisi pangan global menjadi kacau balau.

Juru Bicara Kementerian Irak, Mohamed Hanoun, menyatakan salah satu komoditi yang melonjak tajam adalah minyak goreng.

"Ada krisis global besar karena Ukraina memiliki pangsa besar minyak goreng di dunia," kata Hanoun.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya