Krisis Pangan Global Mengancam Dunia Imbas Invasi Rusia
Harga gandum global melonjak tajam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dunia berada dalam ancaman krisis pangan, imbas invasi Rusia ke Ukraina. Presiden sekaligus Chief Executive Officer Yara International, Svein Tore Holsether, menyatakan sudah ada tanda-tanda yang muncul atas kekhawatiran tersebut.
Meningkatnya harga gas alam dalam persentase yang tak wajar, membuat sejumlah perusahaan, termasuk Yara International, harus melakukan pembatasan dalam produksi amonia dan urea di Eropa. Setidaknya, mereka harus menurunkan 45 persen kapasitas produksi maksimal.
Imbasnya, sektor pertanian akan terganggu. Sebab, amonia dan urea merupakan bahan baku penting dalam pertanian dan bisa membuat pasokan makanan secara global terganggu.
"Ini bukan soal apakah kita akan mengalami krisis pangan. Tapi, seberapa besar krisis pangan yang terjadi," kata Holsether, dilansis CNN Business.
Baca Juga: Sanksi Meningkat, Pengusaha Terkaya Rusia Peringatkan Ini ke Putin
Baca Juga: Timur Tengah dan Afrika Terancam Kelaparan akibat Invasi Rusia
1. Pasokan gandum terancam
Tanda-tanda krisis pangan global tak cuma berasal dari pasokan urea dan amonia yang menurun. Kenaikan harga pangan, khususnya gandum, juga menjadi indikator lainnya.
Dua pekan setelah Rusia menyerang Ukraina, harga gandum meledak, menyentuh all time high sepanjang sejarah. Sebab, gandum makin langka dan pasokannya kian terbatas.
Wajar saja, sebab Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok terbesar gandum secara global. Hampir 30 persen pasokan gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.
Tak cuma gandum, tapi harga jagung, kedelai, dan minyak sayur, juga melonjak. Kondisi ini bukan hanya menjadi ancaman yang mengintai di depan mata. Saat ini, sudah ada negara yang mengalami krisis pangan akibat konflik Rusia-Ukraina.
Baca Juga: AS Perluas Sanksi ke Rusia, Kini Mencakup Cryptocurrency