Negara Berkembang Terancam Makin Tertinggal karena Utang
Pandemik telah menyebabkan semua jenis utang meningkat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Steve Cochrane, kepala ekonom Asia-Pasifik di Moody's Analytics, mengatakan kenaikan pesat dalam tingkat utang dapat menyebabkan pasar negara berkembang semakin tertinggal dari negara maju dalam hal pemulihan ekonomi dari pandemik COVID-19.
Dalam acara “Squawk Box Asia” CNBC pada Senin (24/5/2021), Cochrane mengatakan bahwa pandemik telah menyebabkan semua jenis utang meningkat. Di mana peningkatan besar terjadi pada utang pemerintah karena harus memberikan stimulus fiskal pada saat penerimaan pajak turun.
“Dampak nyatanya, bagaimanapun, menurut saya adalah semacam kesenjangan yang meningkat antara negara maju dan pasar negara berkembang. Beban utang meningkat paling tinggi di pasar negara berkembang dan mereka mungkin akan mengalami kesulitan paling besar dalam menangani utang ini di masa mendatang,” jelasnya.
Baca Juga: Pertimbangkan dan Ketahui Bedanya: Utang Baik dan Utang Buruk
1. Total utang global capai rekor
Sebuah analisis oleh Moody's Analytics menunjukkan bahwa total utang global di sektor pemerintah, perusahaan, rumah tangga, dan keuangan telah naik ke rekor 24 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020.
Kenaikan tersebut membawa utang global ke level tertinggi baru 366 persen dari produk domestik bruto (PDB), kata lembaga itu dalam laporannya.
Baca Juga: Kabar Baik! Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp5.966 T