1,5 Tahun Jadi Menteri Perdagangan, Ini Rapor Merah Muhammad Lutfi
Posisi Lutfi digantikan oleh Zulkifli Hasan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo resmi mencopot Muhammad Lutfi dari jabatan Menteri Perdagangan (Mendag). Sebagai gantinya, Jokowi menunjuk Zulkifli Hasan (Zulhas) menjadi Mendag yang baru.
Dengan demikian, jabatan Mendag yang diemban oleh Lutfi kurang dari dua tahun. Lutfi sendiri menjadi Mendag pertama kali pada 23 Desember 2020 untuk menggantikan Agus Suparmanto.
Pergantian Lutfi ke Zulhas tentunya bukan tanpa sebab karena dalam beberapa bulan terakhir Kementerian Perdagangan diterpa banyak isu kurang sedap.
Mulai dari kenaikan harga pangan hingga yang paling mutakhir kasus korupsi minyak goreng menjadi rapor merah Lutfi sebagai Mendag.
Berikut ini daftar rapor merah Lutfi sebagai Mendag selama 1 tahun 6 bulan:
Baca Juga: Profil Zulkifli Hasan yang Bakal Jadi Mendag Gantikan M Luthfi
Baca Juga: Harta Kekayaan Zulkifli Hasan Rp32 Miliar, Tidak Punya Utang!
1. Mengapungkan wacana impor beras satu juta ton
Rapor merah pertama Lutfi sebagai Mendag adalah dengan mengapungkan wacana impor beras. Hal itu terjadi di tengah pasokan beras yang sejatinya masih cukup memenuhi kebutuhan nasional.
Namun, Lutfi memiliki dalih bahwa impor beras sebanyak satu juta ton adalah bukan untuk dijual langsung di pasar dalam negeri, melainkan untuk menambah jumlah cadangan utama beras.
"Ini Pak Airlangga (Menko Perekonomian) juga sudah mengumumkan jumlahnya, tetapi saya itu Ingatkan kita ini berbicara masalah iron stock, cadangan utama pemerintah untuk masalah perberasan, jadi iron stock," terang Lutfi pada pertengahan Maret tahun lalu.
Lebih lanjut Lutfi menjelaskan, Perum Bulog saat itu masih memiliki stok beras sebagai cadangan. Meski begitu, Lutfi juga ingin tetap memastikan agar stok beras di Bulog tersebut tetap terus terjaga.
"Iron stock untuk Bulog itu ada angkanya setiap tahun. Nah, yang kita minta itu adalah iron stock itu agar tetap terjaga," ujarnya.
Keinginan Lutfi tersebut bukannya tanpa alasan sebab iron stock itu bakal digunakan atau bakal didistribusikan ketika masa emergency tiba sehingga dibutuhkan cadangan beras dalam jumlah maksimal.
"Iron stock itu dipakai ketika emergency artinya memang kebutuhan-kebutuhan yang sudah menjadi alokasi pemerintah,
kalau zaman dulu ada raskin sekarang namanya rastra kemudian sekarang pemerintah ada namanya operasi pasar," jelas Lutfi.
Dirut Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, keputusan impor beras sebanyak 1 juta ton merupakan instruksi dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Mendag Lutfi. Keputusan kontroversial itu diambil saat Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas).
“Saat rakortas saat itu enggak diputuskan untuk impor. Hanya kebijakan dari Pak Menko (Perekonomian) dengan Menteri Perdagangan itu yang pada akhirnya kita dikasih penugasan tiba-tiba untuk laksanakan impor,” kata Budi Waseso dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Badan Legislasi DPR secara virtual
Polemik soal impor beras satu juta ton pada saat itu pun sampai ke telinga Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Pada 26 Maret 2021, Jokowi menegaskan tidak akan melakukan impor beras.
"Saya pastikan bahwa sampai bulan Juni 2021 tidak ada beras impor yang masuk ke negara kita. Kita tahu sudah hampir tiga tahun ini kita tidak mengimpor beras," kata Jokowi dalam keterangan persnya yang disiarkan langsung di channel YouTube Sekretariat Presiden.
Keputusan Jokowi tersebut pun mengakhiri polemik impor beras satu juta ton yang diapungkan oleh Lutfi kala itu.
Baca Juga: Jadi Mendag, Ini Rekam Jejak Zulkifli Hasan di Bidang Ekonomi