TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 dari 4 Unicorn Telah Mendaftar ke BEI, Siapa Saja Mereka?

Unicorn Indonesia siap meramaikan pasar modal dalam negeri

Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Patria Sjahrir (Dok. Pribadi/Pandu Patria Sjahrir)

Jakarta, IDN Times - Mulai maraknya perusahaan unicorn di Indonesia menimbulkan harapan bahwa mereka akan segera mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Harapan tersebut kemudian mulai menemukan titik terang setelah ada beberapa perusahaan unicorn yang telah mendaftarkan diri mereka ke BEI.

"Tiga dari empat perusahaan unicorn ini sudah mendaftarkan diri mereka ke bursa saham kita, tapi mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan nama-nama perusahaan tersebut," kata Komisaris BEI Pandu Sjahrir, dalam Marketing Outlook 2021 Mandiri Manajemen Investasi, Rabu (10/3/2021).

Adapun empat perusahaan unicorn yang dimaksud Pandu tersebut adalah Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.

Baca Juga: BEI Harap Ada Startup Unicorn yang Listing Tahun Ini

1. Posisi unicorn vs perusahaan di BEI

tokopedia.com

Lebih lanjut Pandu menerangkan bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan unicorn dengan valuasi pasar melebihi 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), sudah bisa disandingkan bersama perusahaan dengan market cap yang sudah terdaftar di BEI sebelumnya.

"Jika Anda lihat Gojek dan Anda masukkan mereka ke dalam LQ45 maka mereka akan menempati rangking 9, Tokopedia di ranking 12, Bukalapak ranking 30, dan Traveloka antara posisi 33 atau 34," jelas Pandu.

Dalam paparannya, Pandu menyampaikan bahwa berdasarkan data kapitalisasi pasar per 30 Desember 2020, Gojek memiliki valuasi pasar senilai 10 miliar dolar AS atau setara Rp140 triliun.

Sementara Tokopedia memiliki valuasi pasar senilai 7 miliar dolar AS atau hampir Rp99 triliun, sedangkan valuasi Bukalapak tercatat 3,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp49 triliun dan Traveloka memiliki valuasi 3 miliar dolar AS atau senilai Rp42 triliun.

"Namun, itu adalah valuasi yang tercatat sebelum COVID-19. Semuanya mungkin berubah sejak COVID-19 sampai sekarang," ujar Pandu.

2. Mengikuti jejak AS

ANTARA FOTO/Reno Esnir

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia mulai mengikuti jejak AS yang kini 10 besar pasarnya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan teknologi. Hal tersebut pun berbanding terbalik dengan kondisi 10 tahun silam.

"Pada 2010 bisa dilihat bahwa 10 besar perusahaan di AS tidak didominasi oleh tech company, tetapi sekarang tahun 2020 semua top five diisi tech company, hanya PnG dan JP Morgan yang bukan perusahaan teknologi," terang Pandu.

Di Indonesia, kata Pandu, kondisi pasar perlahan mulai mengarah seperti yang terjadi di AS, terlebih adanya pandemik COVID-19 yang mau tak mau menguatkan posisi para perusahaan teknologi dalam negeri.

"Faktanya hari ini karena COVID-19 terdapat perubahan tren dari offline ke online sehingga memunculkan banyak perusahaan teknologi berstatus centaurs dan bahkan unicorns," imbuhnya.

Baca Juga: Menanti Perkawinan 2 Unicorn: Gojek Masih Abu-abu, Grab Pede Memimpin

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya