TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bagaimana NLE Bisa Jadi Solusi Efisiensi Industri Logistik Indonesia?

Efisiensi untuk menekan biaya logistik Indonesia

Ilustrasi Infrastruktur (Pelabuhan) (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - National Logistics Ecosystem (NLE) menjadi program baru pemerintah untuk mengatasi permasalahan pada industri logistik di Indonesia, terutama dari sisi efisiensi proses logistik.

NLE juga merupakan upaya pemerintah dalam mengintegrasikan infrastruktur logistik seperti pelabuhan, bandara, dan stasiun agar efisiensi biaya logistik bisa tercapai dan meningkatkan investasi di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan bahwa efisiensi proses logistik dapat diraih lewat peningkatan transparansi, kecepatan, akurasi pertukaran data, simplifikasi proses, dan penghapusan repetisi serta duplikasi.

"NLE didukung sistem informasi yang mengintegrasikan sistem dan seluruh proses logistik terkait dan NLE bakal berperan penting dalam peningkatan efisiensi logistik nasional sebagai model penataan logistik secara end-to-end," jelas Setijadi kepada IDN Times, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga: Kisah Waresix Menjawab Tantangan Industri Logistik Indonesia

1. Fitur yang dapat meningkatkan efisiensi

Tanjung Perak. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Hingga kini, pemerintah baru meresmikan satu NLE, yakni Batam Logistics Ecosystem (BLE) yang berlokasi tepat di Pelabuhan Batu Ampar. BLE menjadi satu dari delapan NLE yang tahun ini rencananya bakal dirampungkan pemerintah.

BLE dilengkapi Autogate System yang akan semakin mempermudah proses pengeluaran kontainer di pelabuhan. Sistem tersebut nantinya bakal otomatis dan hanya memerlukan scan QR Code oleh pengemudi truk kontainer sehingga dapat memangkas waktu hingga 50 persen.

Selain itu, ada integrasi layanan izin usaha dan izin konsumsi dengan mengintegrasikan CEISA-FTZ dan Sistem Perizinan BP Batam yang mampu memangkas prosesnya hanya lima menit.

Inefisiensi industri logistik memang menjadi masalah utama yang hendak dibenahi pemerintah melalui kehadiran NLE.

Setijadi mengatakan dampak paling terasa dari inefisiensi biaya dan proses logistik adalah terganggunnya koordinasi antara pemerintah dan pelaku usaha di industri logistik.

"Saya mengapresiasi program NLE melalui Inpres No 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Program itu untuk membentuk ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen baik internasional maupun domestik yang berorientasi pada kerjasama antar instansi pemerintah dan swasta," tutur dia.

Baca Juga: Efisiensi Investasi, Pemerintah Resmikan Batam Logistics Ecosystem

2. Penyelesaian masalah duplikasi dan repetisi

Ilustrasi pelabuhan. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Selain inefisiensi biaya dan proses logistik, Setijadi juga meyakini bahwa nantinya implementasi NLE dapat mengatasi masalah duplikasi dan repetisi yang selama ini membayangi industri logistik dalam negeri.

Adapun duplikasi dan repetisi yang dimaksud Setijadi adalah berkaitan dengan proses sistem informasi dan berbagai dokumen.

"Ini sering menjadi persoalan yang menghambat kecepatan dan kelancaran arus barang. Hambatan ini juga terjadi karena prosedur dan sistem informasi yang digunakan kementerian/lembaga yang tidak terstandardisasi dan belum terintegrasi," ungkapnya.

BLE pun sudah mengakomodasi kebutuhan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut lewat fitur Layanan Ship to Ship (STS) dan Floating Storage Unit (FSU).

Layanan STS dan FSU ini menjamin tidak akan data data terulang alias duplikasi atau redundancy data dengan pengawasan yang dilakukan oleh pelaku usaha bisa kapan saja dan di mana saja.

Baca Juga: Bangun Ekosistem Logistik, Luhut: Siapa yang Halangi Kita Buldoser!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya