TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gubernur BI: Digitalisasi Kunci Akselerator Pemulihan Ekonomi

Transaksi keuangan digital tumbuh pesat selama pandemik

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Agustus 2021 (dok. Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menekankan digitalisasi merupakan satu hal penting bagi percepatan pemulihan ekonomi di tengah pandemik COVID-19 saat ini.

Seperti diketahui, perekonomian Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir mengalami gejolak sebagai imbas pandemik COVID-19 yang terjadi pada awal tahun lalu.

"Digitalisasi merupakan kunci untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Lebih dari itu, digitalisasi sangat penting untuk inklusi ekonomi dan keuangan," kata Perry saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan Bulan Fintech Nasional (BFN) 2021, Kamis (11/11/2021).

Baca Juga: Pembiayaan Fintech Tembus Rp269,3 Triliun, Nyaris Setara KUR!

Baca Juga: Terbaru, Ini Daftar 104 Fintech yang Berizin OJK 

1. Transaksi keuangan digital mengalami peningkatan

Ilustrasi layanan digital (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Perry menambahkan, transaksi keuangan digital mengalami peningkatan pesat sehingga mampu menjadi akselerator pemulihan ekonomi di tengah pandemik saat ini.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan volume transaksi digital mengalami pertumbuhan hingga 37,35 persen sepanjang tahun lalu.

"Kita bersyukur di tengah pandemik ini transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat sangat cepat, baik yang dilayani oleh perbankan digital, oleh perusahaan-perusahaan jasa sistem pembayaran termasuk uang elektronik maupun e-commerce," tutur Perry.

2. Regulator dan publik mesti sadar dengan risiko digitalisasi

ilustrasi pinjaman online (IDN Times/Aditya Pratama)

Kendati begitu, Perry mengingatkan kepada sejumlah pihak terutama regulator dan masyarakat untuk tetap menyadari risiko di balik digitalisasi jasa keuangan tersebut.

Semakin tinggi kemajuan teknologi jasa keuangan, maka semakin tinggi pula risiko yang ada di belakangnya.

Oleh karena itu, Perry melihat pentingnya mitigasi terhadap risiko tersebut agar masyarakat bisa tetap menggunakan teknologi jasa keuangan tanpa khawatir.

"Di sisi lain, tentu saja kita harus sadar digitalisasi juga ada sejumlah risiko seperti shadow banking, perlindungan data pribadi, serangan cyber atau bahkan yang sekarang meresahkan masyarakat adalah pinjol ilegal yang tentu saja risiko-risiko ini harus kita mitigasi agar kita terus bisa menigkatkan manfaat dari digitalisasi, tetapi mencegah risiko-risiko yang kemungkinan terjadi," papar Perry.

Baca Juga: Digitalisasi Bikin Bank Tutup 2.593 Kantor Cabang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya