TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Alasan Pesawat CRJ dan ATR Dikeluarkan dari Garuda Indonesia

Tidak memberikan untung buat Garuda Indonesia

Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (IDN Times/Uni Lubis)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menjelaskan alasan melepas pesawat bombardier CRJ-1000 dan ATR dari armada penerbangan Garuda Indonesia. Secara bisnis, kedua jenis pesawat tersebut tidak menguntungkan buat Garuda Indonesia.

Pesawat CRJ diakui Irfan tidak bisa memberikan untung buat Garuda Indonesia lantaran dianggap bukan jenis pesawat yang cocok digunakan oleh masyarakat Indonesia.

"Tipe pesawat CRJ itu adalah tipe pesawat yang commuting, untuk orang yang keperluannya bepergian pagi hari, pulangnya sore hari. Oleh sebab itu bagasinya kecil, di Indonesia ini cuma ada dua kota yang melakukan commuting, Jakarta-Bandung, kedua Surabaya-Madura," kata Irfan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga: Rapat dengan DPR, Dirut Garuda Bantah Pernah Lakukan PHK

Baca Juga: DPR Kritik Harga Tiket Mahal, Bos Garuda: Sudah Sepantasnya

1. Hanya membawa kerugian

Ilustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, pesawat CRJ juga hanya membawa kerugian buat Garuda Indonesia baik diterbangkan maupun tidak diterbangkan.

"CRJ ini, didiamkan setiap tahun kita rugi 20 juta dolar AS, diterbangkan kita rugi 70 juta dolar AS. Tdk ada pilihan lain buat kita, CRJ ini kita keluarkan," ucap Irfan.

Baca Juga: Pesawat Mendarat karena Gangguan Mesin, Garuda Indonesia Minta Maaf

2. ATR dipindahkan ke Citilink

Citilink (IDN Times/Dwi Agustiar)

Sementara itu, pesawat jenis ATR dikeluarkan dari armada penerbangan Garuda Indonesia untuk dipindahkan ke Citilink. Menurut Irfan, pesawat jenis ATR lebih bisa memberikan keuntungan buat Citilink ketimbang untuk Garuda Indonesia.

"Salah satu penerbangan yang paling menguntungkan dari ATR Citilink itu adalah Halim-Adisutjipto, sehari tiga kali, satu tiket harganya Rp1,6 juta, jauh lebih mahal dari Cengkareng ke DIY yang Rp1,2 juta karena di Adisutjipto hanya dibolehkan ATR yang mendarat," bebernya.

Sejalan dengan hal tersebut, Irfan berencana menambah armada pesawat ATR di Citilink yang saat ini masih berjumlah lima unit saja.

"Untuk memenuhi kebutuhan daerah-daerah yang sudah kadung buka banyak airport-nya," katanya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya