Rapat dengan DPR, Dirut Garuda Bantah Pernah Lakukan PHK

Pengurangan karyawan Garuda dilakukan dengan pensiun dini

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) Tbk (GIAA), Irfan Setiaputra, menegaskan pihaknya tidak pernah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan-karyawannya, bahkan ketika pandemik COVID-19 menyerang pada 2020 silam.

Penegasan itu disampaikan Irfan ketika Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Selasa (13/6/2023).

"Dari 2020, bahkan akhir 2019 ketika pandemi kita melakukan pengurangan-pengurangan cukup drastis, tapi tidak ada satu pun yang kami PHK. Yang kita lakukan adalah penawaran pensiun dini dan penghentian karyawan kontrak. Itu secara legal dibolehkan dan penawaran pensiun dini ini sifatnya sukarela," tutur Irfan.

Baca Juga: Garuda Indonesia Raup Laba Bersih Rp56,9 T, Terbesar Sepanjang Sejarah

1. Pilot paling banyak ambil pensiun dini

Rapat dengan DPR, Dirut Garuda Bantah Pernah Lakukan PHKIlustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Dok. Garuda Indonesia)

Irfan menambahkan, fasilitas pensiun dini yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia paling banyak diambil oleh para pilot. Hal itu, kata Irfan, dapat dimengerti karena pada saat pandemik COVID-19, tidak banyak penerbangan dilakukan Garuda Indonesia.

"Sangat dimengerti, kami juga tahan-tahan ini karena untuk pilot ini investasinya cukup besar dan kita tetap ke depan kebutuhan kita terhadap pilot tetap tinggi," ucap dia.

Dengan begitu pada akhir 2019, jumlah pegawai Garuda Indonesia sebanyak 7.878 orang. Sementara pada akhir 2022, tinggal 4.459 pegawai.

"Tidak ada gejolak sama sekali, semua menerima sukarela," ujar Irfan.

Baca Juga: Garuda Mau Fokus Penerbangan Domestik, Cari Mitra Maskapai Asing

2. Garuda terus mempertahankan jumlah pilotnya

Rapat dengan DPR, Dirut Garuda Bantah Pernah Lakukan PHKLivery masker pesawat Garuda Indonesia (Dok.Garuda Indonesia)

Kendati begitu, Irfan memastikan bahwa pilot adalah pihak paling sedikit yang mengambil program rightsizing hingga 2022 lalu.

"Ini coba kita terus pertahankan karena kita mengetahui kondisi pandemi dan sedikit after pandemi ini akan terjadi surplus pilot di hampir semua penerbangan," katanya.

Namun, proyeksi tersebut meleset karena kebutuhan pesawat dan penerbangan justru semakin banyak setelah pandemik COVID-19 dan Garuda Indonesia terancam kekurangan pilot.

"Oleh sebab itu kita terus menerus mempertahnankan ini dan melakukan segala macam yang mungkin untuk mempertahankan pilot di lingkungan Garuda dan kita manfaatkan semaksimal mungkin," ujar Irfan.

Baca Juga: Penerbangan Haji Sering Delay, Garuda Indonesia Minta Maaf

3. Jumlah pilot di Garuda terus menurun

Rapat dengan DPR, Dirut Garuda Bantah Pernah Lakukan PHKilustrasi pilot dan kopilot (pexels.com/Rafael Cosquiere)

Jumlah pilot di Garuda Indonesia pun mengalami penurunan seiring dengan perubahan rencana bisnis perseroan. Pada Juni 2022, Garuda Indonesia menghilangkan pesawat bombardier CRJ-100 dan ATR dari armada penerbangannya.

Dengan begitu, Garuda Indonesia kini hanya memiliki tiga jenis pesawat, yakni 777, Airbus 330, dan Boeing 737.

"Oleh karena itu, kalau kita lihat dari jumlah pegawai dari akhir 2021 terus turun menurun untuk pilot karena memang kita reloasi mereka ke beberapa pekerjaan di tempat lain. Pilot CRJ sejak Januari 2022 sudah 1 setengah tahun tidak ada yang terbang, sementara ATR dari Maret 2022, 1 tahun lebih sudah tidak terbang," tutur Irfan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya