TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IPO Bukalapak Munculkan Euforia di Kalangan Investor

Harga saham BUKA dijual Rp750-Rp850 per lembar

IDN Times/Shemi

Jakarta, IDN Times - Keputusan Bukalapak untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) menimbulkan euforia tersendiri bagi investor. Hal itu terjadi lantaran Bukalapak menjadi perusahaan berbasis teknologi atau startup pertama yang IPO.

"Kalau yang saya denger dari lapangan memang ada oversubscribe. Ini investor yang di market ini kan lagi hype, euforia terkait saham-saham berbasis teknologi seperti ini," kata Pengamat pasar saham MNC Asset Management, Edwin Sebayang, kepada IDN Times, Rabu (14/7/2021).

Kendati demikian, Edwin memprediksi hype dan euforia tersebut tidak akan bertahan lama atau maksimal hingga dua minggu ke depan.

"Kalau saya lihat dari sisi harga, ada kemungkinan besar (saham) Bukalapak akan menguat sekitar satu sampai dua minggu," ujarnya.

Baca Juga: Mau Beli Saham IPO Bukalapak? Simak Caranya di sini!

Baca Juga: Lahir di Kamar Kos dan Modal Rp80 Ribu, Riwayat Bukalapak yang Mau IPO

1. Investor ritel akan mulai berpikir rasional

Ilustrasi investor kecil yang memperoleh keuntungan besar dari saham. Sumber: Pexels/Artem Podrez

Edwin menjelaskan alasan euforia terhadap saham Bukalapak hanya bertahan maksimal dua minggu. Menurut Edwin, investor ritel yang kebanyakan terkena euforia saham Bukalapak bakal mulai berpikir rasional dalam kurun waktu tersebut.

Hal tersebut berkaitan dengan harga atau valuasi saham Bukalapak itu sendiri.

"Karena kita tahu ini kan sebelum listing IPO saham ini mahal sekali valuasinya, harganya, tapi namanya investor ritel memanfaatkan momentum. Ketika nanti sahamnya tidak di-maintain oleh market maker, jadi sudah nggak ramai lagi, pelan-pelan pasti investor ritel akan ninggalin," tutur Edwin.

2. Jika harga saham naik, investor ritel butuh bukti

Ilustrasi Harga Saham Naik (Bullish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebaliknya, sambung Edwin, jika harga saham Bukalapak sudah mahal secara valuasi maka investor ritel tersebut butuh bukti yang menunjukkan bahwa kinerja fundamental Bukalapak baik.

"Tetapi kalau fundamentalnya masih rugi ya akan ditinggalkan, apalagi kalau sudah nggak ramai. Investor ritel itu butuh bukti bahwa memang konsekuensi kenaikan harga harus diimbangi dengan perbaikan kinerja fundamentalnya," ujar dia.

Baca Juga: Ogah Terus-terusan Bakar Duit, Bukalapak Fokus Cari Untung

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya