TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peter Gontha Beberkan soal Garuda: Dipaksa Teken Kontrak Beli Pesawat

Peter tidak sempat melakukan evaluasi kontrak pembelian

Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Eks Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Peter Gontha kembali bersuara terkait persoalan yang menimpa maskapai nasional tersebut. Hal itu menjadi respons atas pernyataan Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga tentang keterlibatannya dalam pembelian pesawat oleh Garuda Indonesia.

Dalam sebuah foto pesawat Garuda Indonesia yang diunggah di akun Instagram pribadinya (@petergontha), Peter menuliskan bahwa dirinya sempat menolak permintaan tanda tangan kontrak pembelian pesawat Garuda Indonesia.

"Ini pesawat Boeing 737 Max yang ditandatangani direksi/komisaris Garuda pada tahun 2013/2014. Saya diminta untuk menandatanganinya, tapi saya menolak," tulis Peter dalam takarir foto di Instagramnya, seperti dikutip IDN Times, Selasa (2/11/2021).

Baca Juga: Peter Gontha: Asosiasi Pilot Halangi Restrukturisasi Garuda Indonesia

Baca Juga: Peter Gontha Ungkap Alasan Diberhentikan dari Komisaris Garuda

1. Alasan Peter menolak tanda tangan

Facebook.com/Peter F Gontha

Peter pun menuliskan alasan di balik penolakannya tersebut. Menurut dia, waktu yang diberikan untuk melakukan evaluasi atas kontrak tersebut tidak cukup. Padahal nilai kontrak tersebut sangatlah besar sehingga perlu evaluasi lebih lama dan menyeluruh.

"Kita hanya diberi 1x24 jam untuk evaluasi dan menandatanganinya. Total kontraknya melebihi 3 miliar dolar AS untuk 50 pesawat. Gila kan, hanya 24 jam," kata Peter.

Peter pun kemudian mengatakan bahwa dirinya dipaksa menandatangin kontrak tersebut karena diancam oleh direksi bakal menjadi dissenting atau kegagalan pembelian pesawat.

Baca Juga: Komisaris Garuda Peter Gontha Minta Gaji Disetop, Ini Respons Erick

2. Peter menandatangani kontrak dengan catatan

Pengunjung mengamati pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020) (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Peter pun akhirnya membubuhkan tanda tangan terhadap kontrak tersebut. Namun, tanda tangan itu tidak diberikan begitu saja sebab Peter memberikan catatan kepada direksi Garuda yang memaksanya kala itu.

"Saya akhirnya tandatangani juga tapi dengan catatan bahwa kita tidak diberi cukup waktu untuk evaluasi dan saya pun dikucilkan oleh direksi waktu itu.
Saksi hidup masih banyak. Tanyakan saja! Juga jejak digital nya saya ada!" ujar Peter.

Kendati begitu, Peter bersyukur Boeing 737 Max yang dikirim ke Garuda Indonesia hanya satu dari 50 pesawat di dalam kontrak. Hal itu lantaran pesawat tersebut terindikasi gagal desain dan jatuh seperti kasus yang menimpa Lion Air dan Ethiopia Air.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya