TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rumor TikTok Gabung GOTO, DPR Cium Aroma Penguasaan Data Lokal

Perlindungan data konsumen perlu jadi perhatian semua pihak

ilustrasi aplikasi TikTok (IDN Times/Izza Namira)

Jakarta, IDN Times - Penguasaan data konsumen jadi salah satu hal yang menarik perhatian dari rumor mergernya TikTok dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Rumor itu muncul seiring dengan adanya kabar bahwa TikTok menggandeng GOTO untuk masuk bisnis e-commerce dan membuka kembali TikTok Shop di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, Anggota Komisi VI DPR RI, Amin AK meyakini bergabungnya TikTok dan GOTO punya dampak besar terhadap penguasaan data konsumen atau pengguna kedua aplikasi tersebut.

"Upaya TikTok maupun platform media sosial lainnya dengan menggandeng perusahaan lokal seperti GOTO tentu dimaksudkan untuk mendapatkan big data yang dimiliki perusahaan lokal. Itu sesuatu yang sulit dicegah," kata Amin kepada awak media, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Baca Juga: Rumor TikTok-GOTO, DPR Ingatkan Pentingnya Perlindungan Data Konsumen

1. Kemungkinan penyalahgunaan data konsumen

Ilustrasi profil TikTok (unsplash.com/Aaron Weiss)

Amin menambahkan, penguasaan data yang begitu besar sanggup mengarah ke penyalahgunaan apabila tidak diawasi secara serius. Bahaya penyalahgunaan data itu pun, menurutnya, perlu jadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah.

Maka dari itu, GOTO sebagai mitra lokal perlu memastikan komitmen dalam memberikan perlindungan data terhadap konsumennya.

"Mengenai bahaya atau tidaknya, itu sangat tergantung kepada komitmen perusahaan lokal yang dijadikan mitranya seperti GOTO. Soal data konsumen Indonesia, sebetulnya tanpa bekerja sama dengan GOTO pun platform TikTok Shop sudah menguasai data konsumen Indonesia dalam jumlah cukup besar. Bahkan TikTok secara teknologi lebih advance dibandingkan media sosial lainnya," tutur Amin.

2. Penerapan Project S TikTok Shop

TikTok Shop (searchenginejournal.com)

Kekhawatiran Amin terhadap penyalahgunaan data tersebut tidak lepas dari adanya kemungkinan penerapan Project S TikTok Shop.

Project S TikTok Shop ini dicurigai menjadi cara perusahaan untuk mengoleksi data produk yang laris-manis di suatu negara, untuk kemudian diproduksi di China. Kecurigaan itu pertama kali mencuat di Inggris. Amin sendiri pernah menyuarakan kekhawatirannya terhadap Project S TikTok Shop dalam Rapat Paripurna pada Juli silam.

Dia menyitir data Bank Indonesia bahwa nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp476,3 triliun pada 2022. Namun dari nilai transaksi sebesar itu, sebesar Rp428,67 triliun atau 90 persennya dinikmati produsen luar negeri terutama dari China.

"Di saat UMKM kita belum mampu bersaing, sektor UMKM kembali mendapat tantangan sekaligus ancaman dengan diluncurkannya proyek sosial e-commerce atau ‘Project S’ oleh platform media sosial TikTok yang juga dinamai fitur trendy beat," tutur Politisi Fraksi PKS tersebut.

Baca Juga: Kalau TikTok Shop Buka Lagi di Indonesia, Ini Dampaknya ke UMKM

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya