TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Ungguli Dolar AS Seharian, Ini Penyebabnya

Rupiah ditutup menguat ke level Rp14.260 per dolar AS

Ilustrasi Uang Rupiah (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah kembali berhasil mengungguli dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. Pada penutupan perdagangan awal pekan atau Senin (8/11/2021), kurs rupiah ditutup menguat terhadap dolar AS.

Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda hari ini ditutup menguat hingga 71 poin atau 0,50 persen ke level Rp14.260 per dolar AS. Adapun pada penutupan perdagangan akhir pekan atau Jumat (5/11/2021) sore, rupiah melemah 35 poin atau pada level Rp14.331 per dolar AS.

Penguatan rupiah pada penutupan melanjutkan tren positif yang terjadi pada pembukaan tadi pagi. Kurs rupiah hari ini dibuka menguat empat poin ke level Rp14.327 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Terkulai Lawan Dolar AS, Dibuka Melemah ke Level Rp14.274

Baca Juga: The Fed Akan Memulai Pengurangan Stimulus

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Senin (8/11/2021), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp14.268 per dolar AS.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kurs rupiah pada Jumat (5/11/2021) yang ada di level Rp14.374 per dolar AS.

2. Proyeksi positif pertumbuhan ekonomi Q4 2021 kuatkan rupiah

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah yang terjadi pada pembukaan dan perdagangan hari ini dipengaruhi oleh proyeksi positif terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal-IV 2021.

"Pertumbuhan ekonomi di Kuartal Keempat 2021 kemungkinan akan tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kuartal Ketiga 2021 yaitu antara 3,5 persen sampai 4 persen (year on year)," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin sore.

Proyeksi tersebut didasarkan oleh beberapa pertimbangan, yakni dorongan Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang masih lemah dan masih adanya ancaman COVID-19 gelombang ketiga serta ekspor komoditas yang melonjak.

Namun, sambung Ibrahim, momen Natal dan tahun baru pada akhir tahun ini diperkirakan tak terlalu mendorong aktivitas ekonomi di kuartal-IV 2021 karena pemerintah masih akan menahan mobilitas dengan menghapuskan libur cuti bersama pada Hari Raya Natal.

"Dengan demikian, penghapusan libur tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, baik di sektor pariwisata, maupun makanan dan minuman serta ancaman gelombang ketiga COVID-19 di akhir tahun juga menyebabkan beberapa sektor tidak bisa beroperasi 100 persen," kata Ibrahim.

Baca Juga: 7 Saham Bank Naik 10 Persen Lebih di Tengah Penguatan IHSG Hari Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya