TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Batik Ecoprint, Harapan Industri Tekstil Ramah Lingkungan

Ecoprint bukan hanya sedang tren, tapi perlu dikembangkan

Produk Batik Sri yang merupakan asli Bekasi (Istimewa / Dokumen Pribadi)

Jakarta, IDN Times - Ecoprint saat ini sedang menjadi tren dalam industri tekstil di Indonesia, khususnya batik. Kian banyak produsen batik yang sadar akan bahan pewarna yang ramah lingkungan.

Batik Sri adalah salah satu yang menyadarinya. Baru-baru ini, mereka mengembangkan Ecoprint dalam lini usahanya.

Sri mengakui ecoprint saat ini memang sedang tren. Tapi, bukan soal tren yang paling penting dalam produksi ecoprint, melainkan bagaimana sebuah bisnis bisa menjalankan misi menyelamatkan lingkungan di waktu bersamaan.

"Ecoprint memang sedang booming, semua punya. Terpenting, ini ramah lingkungan. Apalagi, sebenarnya ecoprint itu sudah lama. Dulu kan membatik menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan," ujar Sri Sunarni, pemilik Batik Sri Bekasi, kepada IDN Times.

Baca Juga: Batik Sri dan Kepercayaan Terhadap Potensi Disabilitas

1. Tak sembarang pohon bisa dipakai bahan baku

Pola Batik Sri yang merupakan batik asli asal Bekasi (Istimewa / Dokumen Pribadi)

Bahan-bahan yang digunakan Sri, sejatinya berasal dari tumbuhan di sekitarnya. Ada beberapa tumbuhan yang bisa dipakai Sri dalam memproduksi ecoprint.

Selama ini, Sri menggunakan daun jarak wulung, kenikir, dan jambu, bisa digunakan demi memproduksi ecoprint.

"Sebenarnya selama ini bahannya ada di sekitar kita. Tapi, gak semua tumbuhan bisa. Limbah ecoprint lebih mudah dibuang, karena memang berasal dari tumbuhan," kata Sri, yang menjadi nasabah KUR BRI dalam mengembangkan usahanya tersebut.

2. Pewarna kimia tak dibuang sembarangan oleh Sri

Produk Batik Sri yang merupakan batik asli asal Bekasi (Istimewa / Dokumentasi Pribadi)

Batik dengan bahan pewarna kimia juga masih diproduksi oleh Sri. Belakangan ini, demi menjaga lingkungan, Sri selalu membuang limbah dari bahan kimia tersebut ke beberapa otoritas yang memang bisa membantunya demi proses daur ulang.

"Mahasiswa dari Universitas Trisakti sering bawa limbah pewarna kimia batik yang diproduksi. Mereka yang mengerti bagaimana untuk daur ulang. Jadi, usahanya selaras dengan alam," ujar Sri.

Baca Juga: Gak Nyangka, Bekasi Ternyata Punya Batik Loh!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya