TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tantangan Pemakaian AI di Industri Jasa Keuangan dan Manufaktur

Semakin besar manfaat, semakin besar pula tantangannya

ilustrasi menganalisis data (pexels.com/fauxels)

Dalam penelitian bertajuk "Generative AI: Mempersiapkan Masa Depan Ekosistem Bisnis di Indonesia dengan AI Yang Beretika" yang dilakukan oleh Advisia Group, IMB, dan KORIKA, ditemukan bahwa AI memiliki potensi lebih untuk memajukan ekonomi digital, termasuk di Indonesia. “AI memiliki potensi besar untuk memajukan ekonomi digital Indonesia. Saya yakin teknologi AI akan sangat berpengaruh dalam mendorong pertumbuhan substansial,” terang Prof. Hammam Riza, Presiden KORIKA.

Selain itu, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga mengakui bahwa AI telah meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses bisnis mereka. Meski begitu, ternyata ada banyak tantangan yang memperlambat berkembangnya teknologi ini. Penasaran apa saja tantangan pemakaian AI di industri jasa keuangan dan manufaktur? Simak ulasannya berikut ini!

1. Perkembangan penggunaan AI di Indonesia

ilustrasi sedang meeting (pexels.com/fauxels)

Sebelum masuk ke topik utama yaitu tantangan penggunaan AI di industri jasa keuangan dan manufaktur, sebaiknya kita simak dulu perkembangan penggunaan AI di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan Advisia Group, sebanyak 23 persen perusahaan di sektor jasa keuangan dan manufaktur di tingkat enterprise masih berfokus pada penggunaan AI untuk mambantu kelancaran operasional kerja.

Sementara 62 persen lainnya, mereka mulai menggunakan AI untuk memperbaiki aspek tertentu dari operasi mereka dan membantu meningkatkan keamanan data yang dianggap penting. Untuk 15 persen perusahaan terakhir, mereka masih mempertimbangkan penggunaan AI.

Baca Juga: Slavania, Game Metroidvania Terbaru tentang Berburu Monster

2. Kesenjangan keterampilan digital menjadi tantangan terbesar

ilustrasi sedang menganalisis data (pexels.com/fauxels)

Mulai membahas tantangan, kesenjangan keterampilan digital adalah tantangan pertama dan terbesar dalam penggunaan AI di industri jasa keuangan dan manufaktur. Kesenjangan ini mengacu pada perbedaan antara keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi AI dengan keterampilan yang dimiliki oleh individu atau organisasi. Seperti yang diungkapkan Dr. Aagn Ari Dwipayana, S.IP, M.Si, selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Kagama dan Koordinator Staf Khusus Presiden.

"Sumber daya manusia juga menjadi salah satu tantangan penerapan AI mengingat masih minimnya SDM yang memiliki kompetensi di bidang AI," dilansir ugm.ac.id pada, Selasa (28/11/2023). Selain itu, menurut studi yang dilakukan IMB, sebagian besar responden (48 persen) merasa bahwa mereka tidak memiliki keterampilan yang cukup dalam bidang digital untuk mengadopsi atau menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dengan efektif. Untuk mengatasi tantangan ini, tentunya rutin melakukan edukasi dan pelatihan adalah cara yang efektif.

3. Tata kelola data internal yang kurang memadai

ilustrasi sedang menganalisis data (pexels.com/Kindel Media)

Selain ketrampilan digital yang kurang memadai, tata kelola data internal yang dimiliki perusahaan juga kurang memadai. Kekurangan tata kelola ini mencakup aspek-aspek seperti pengumpulan data, penyimpanan data, keamanan data, dan analisis data.

Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan IMB. Data mengatakan sebagian besar responden (40 persen) mengakui bahwa organisasi mereka memiliki kekurangan dalam tata kelola data internal yang memadai. Padahal, tata kelola data internal ini sangat penting karena berpengaruh pada pengambilan keputusan yang tepat, untuk mengurangi risiko, dan menangani pertanyaan secara real-time.

4. Kurangnya visibilitas pada hasil bisnis

ilustrasi tim berpegangan tangan (pexels.com/fauxels)

Tak kalah menantang, di era teknologi ini, ternyata masih cukup perusahaan yang belum begitu terbuka dengan perkembangan AI. Alhasil, mereka ragu-ragu dan sulit memprediksi apa saja keuntungan yang akan didapatkan jika memanfaatkan teknologi AI dalam usahanya. Menurut studi yang dilakukan IMB, sebagian kecil responden (12 persen) merasa bahwa organisasi mereka tidak memiliki visibilitas yang cukup tentang bagaimana penggunaan teknologi tersebut berdampak pada keseluruhan kinerja atau hasil bisnis mereka.

Verified Writer

Sumahir Hidayanto

Kritik saran: 0858-4124-4290

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya