TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ekspor CPO Tancap Gas, Terbanyak ke Pakistan dan China

Ekspor CPO sebesar 1.763,3 ribu ton pada Juni

Kebun sawit (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik sebesar 862,66 persen atau setara Rp2,46 miliar pada Juni 2022, tancap gas setelah pemerintah melarang ekspor pada bulan sebelumnya.

"(Minyak kelapa) sawit juga trennya kalau secara umum itu mengalami peningkatan, minyak kelapa sawit ya, kecuali pada bulan Mei tahun 2022 di mana saat itu memang ada kebijakan dalam negeri yang melarang ekspor minyak kelapa sawit," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/7/2022).

Pada Juni 2022, ekspor CPO sebesar 1.763,3 ribu ton. Sedangkan Mei sebesar 182,8 ribu ton, dan April 2022 sebesar 1.526,2 ribu ton.

Baca Juga: Sempat Larang, Pemerintah Kini Incar Ekspor 1 Juta Ton CPO

Baca Juga: Ternyata Harga TBS Sawit Anjlok karena Ekspor CPO Masih Seret

1. Ekspor minyak kelapa sawit paling banyak ke Pakistan dan China

ilustrasi kelapa sawit (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia menjelaskan bahwa ekspor paling banyak diekspor ke Pakistan senilai US$ 450,63 juta, China US$314,38 juta, India US$270,57 juta dan Bangladesh US$160,65 juta.

"Ekspor sawit kita ke Pakistan itu meningkat 1958,89 persen. Kemudian ke Tiongkok meningkat 291,10 persen (dibandingkan bulan sebelumnya)," sebut Margo.

Baca Juga: Menteri Bahlil Cerita Betapa Gemparnya Dunia saat RI Stop Ekspor CPO 

2. Riau jadi provinsi yang paling banyak ekspor CPO

Ilustrasi kelapa sawit. (IDN Times/Sunariyah)

BPS mencatat ekspor kelapa sawit Indonesia paling banyak dari provinsi Riau senilai 982,95 juta dolar AS atau meningkat dibandingkan Mei sebesar 1.064,50 persen ya.

"Kemudian Sumatera Utara juga penyumbang terbesar untuk ekspor sawit ya, nilainya di bulan Juni adalah 423,75 juta dolar AS, meningkat 706,83 persen kalau dibandingkan dengan Mei," ujarnya.

Selanjutnya adalah Kalimantan Timur senilai US$383,15 juta atau meningkat 3.275,17 persen, dan Sumatera Barat 230,13 juta dolar AS atau meningkat sebanyak 1.110,11 persen.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya