TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Bidik Pasar Obat Herbal Global Bernilai Rp3 Ribu Triliun

Indonesia punya potensi besar

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Nilai ekspor produk industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional dari Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,78 persen pada 2023, dibandingkan tahun sebelumnya. Total nilai ekspor tersebut mencapai 543,7 juta dolar AS.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, merupakan sektor yang berkontribusi secara signifikan dalam menghasilkan devisa bagi negara.

Dia menyatakan pasar obat bahan alam di seluruh dunia bernilai sangat besar, mencapai 200,95 miliar dolar AS pada 2023, setara Rp3.154 triliun (kurs Rp15.700/dolar AS). Oleh karena itu, dia menegaskan perlunya peningkatan pengembangan industri di dalam negeri agar mampu bersaing secara efektif di pasar global.

“Pasar obat bahan alam dunia pada tahun 2023 mencapai 200,95 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karenanya, pengembangan industri obat bahan alam perlu terus ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global,” kata Agus dalam keterangannya, Selasa (6/2/2024).

Baca Juga: 8 Rekomendasi Anime Farmasi, Ada The Apothecary Diaries

1. Indonesia punya potensi besar didukung keragaman hayati

Mengenal Inferin, Obat Herbal untuk Diabetes (IDN Times/istimewa)

Pemerintah, kata dia, telah menetapkan beberapa peraturan yang mengamanatkan pencapaian kemandirian dalam penggunaan bahan baku obat berbasis bahan alam asli Indonesia.

Regulasi tersebut termasuk dalam dokumen-dokumen penting seperti Rencana Induk Pembangunan Nasional, Rencana Induk Riset Nasional, dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

“Industri Obat Bahan Alam (OBA) atau obat tradisional memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan, apalagi Indonesia sangat kaya akan keragaman hayati sumber daya alamnya, termasuk di antaranya tanaman obat,” ujarnya.

Baca Juga: Minim Bahan Baku, Ganjar Bakal Dongkrak Industri Farmasi dan Alkes

2. Pemerintah dorong peningkatan nilai tambah produk herbal

ilustrasi obat herbal (pexels.com/Tara Winstead)

Agus menganggap industri farmasi dan alat kesehatan sebagai salah satu sektor yang mendapat prioritas dalam pengembangan, dengan tujuan menjadi andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal tersebut didukung penetapan pembangunan industri prioritas, di mana produk herbal atau sediaan herbal menjadi fokus utama pembangunan dari 2020 hingga 2035.

Tujuan itu sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menekankan peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pengembangan hilirisasi industri pertanian dan kehutanan.

“Fokus peningkatan nilai tambah ini dilakukan melalui pengolahan turunan komoditas utama, misalnya tanaman obat dan rempah-rempah, pengembangan indikasi geografis tanaman jamu atau obat, serta standarisasi proses dan produk obat bahan alam,” terangnya.

Baca Juga: Ada Beasiswa, Keunggulan SMK Farmasi dan Dental Asisten Bojonegoro

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya