Kang Emil Ungkap Jakarta Tak Pernah Disiapkan untuk Ibu Kota
Bandung sempat direncanakan jadi IKN
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kurator Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Ridwan Kamil, mengungkapkan Jakarta tidak pernah direncanakan secara khusus untuk menjadi ibu kota Indonesia. Sebaliknya, Jakarta menjadi ibu kota negara secara tidak sengaja.
Dengan kata lain, Jakarta menjadi pusat pemerintahan bukan karena adanya perencanaan, tetapi karena berbagai faktor yang muncul secara alamiah atau kebetulan.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Kang Emil ini menganggap Jakarta bukanlah pilihan yang optimal sebagai ibu kota yang sesungguhnya, sehingga pemindahan ibu kota ke Ibu Kota (IKN) Nusantara dianggap sebagai langkah yang perlu untuk memperbaiki kesalahan sejarah tersebut.
“Jakarta adalah ibu kota yang tidak sengaja, kepaksa, ya, maka kalau ditanya kenapa harus pindah ke IKN, jawabannya yang pertama tadi, Jakarta tidak pernah disiapkan untuk Ibu Kota,” kata dia dalam Rakornas Otorita IKN dengan tema "Kolaborasi Pemerintah Daerah dan Ibu Kota Nusantara untuk Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua", di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Jokowi Mulai Juni Berkantor di IKN
1. Ridwan Kamil tegaskan pemindahan IKN bukan ide Jokowi
Emil menekankan, konsep pembangunan IKN bukanlah ide baru yang berasal dari Presiden Jokowi. Sebaliknya, konsep tersebut memiliki akar dalam sejarah yang panjang. Dia menjelaskan bahwa sejak zaman kolonial Belanda, ada upaya untuk memindahkan ibu kota dari Batavia (sekarang Jakarta) ke Bandung.
Bandung pada masa itu sudah dianggap sebagai alternatif yang lebih baik karena Batavia dianggap tidak layak sebagai pusat pemerintahan akibat berbagai masalah, termasuk penyakit seperti Malaria Sundanica.
Namun, berbagai kendala sejarah seperti depresi ekonomi global dan penjajahan Jepang pada 1942 mengakibatkan pembatalan rencana tersebut. Demikian juga, usaha-usaha selanjutnya untuk memindahkan ibu kota ke Palangkaraya dan Jonggol juga tidak berhasil.
“Nah, di era Pak Jokowi lah kebutuhan sejarah itu diputuskan,” ujar Emil.