TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Masih Loyo Pagi Ini, Melemah ke Rp15.134 per Dolar AS

Rupiah melemah 61,5 poin di pembukaan perdagangan

Karyawati menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah kembali terperosok mengahadapi penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Selasa (7/2/2023) pagi.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah 61,5 poin ke level Rp15.116,5 per dolar AS pada pembukaan perdagangan. Hingga pukul 09.22 WIB, rupiah sudah melemah 79 poin atau 0,52 persen ke Rp15.134 per dolar AS.

Laju rupiah hari ini melanjutkan tren negatif pada penutupan perdagangan Senin (6/2/2023), yang melemah 161,5 poin atau 1,08 persen ke Rp15.055 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Anjlok Sore Ini, Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen kok Gak Ngefek?

1. Investor tunggu data cadev dan pernyataan the Fed

Analis DCFX Futures, Lukman Leong, memperkirakan perelemahan nilai tukar rupiah akan terbatas. Investor saat ini masih menantikan rilis data cadangan devisa (cadev) dan pernyataan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed).

"Investor menantikan data cadangan devisa siang ini serta pernyataan (gubernur bank sentral AS) the Fed Powell malam ini," kata Lukman.

Baca Juga: Rupiah Melemah Tajam Jelang Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi RI

2. Rupiah masih punya peluang menguat

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, juga menyebut rupiah masih berpeluang menguat hari ini mengikuti sentimen positif pasar saham Asia pagi ini.

Terlebih, isu resesi global belakangan ini mulai mereda. Riset IMF menunjukkan resesi mungkin tidak seburuk yang dikira. Selain itu, aktivitas ekonomi di negara-negara besar mulai bangkit seperti di China, Eropa, Inggris, dan juga AS.

"Ini memberikan sentimen positif ke pasar keuangan, termasuk rupiah," tuturnya.

Dari dalam negeri, lanjut Ariston, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 yang lebih bagus dari ekspektasi juga bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah.

"Di sisi lain, pasar masih mewaspadai kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS ke depan karena inflasi AS yang masih tinggi dan data ekonomi AS yang bagus yang bisa meredam dampak negatif kenaikan suku bunga," ujar dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya