Rupiah Perkasa cuma Sementara, Dolar AS Bisa Ngamuk Lagi
Dipengaruhi inflasi AS dan suku bunga the Fed
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir terus menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Namun, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan penguatan ini hanya sementara.
"Dolar pernah mencapai 114 indeksnya terhadap mata uang asing, menguat kurang lebih year-on-year 25 persen penguatan, dan kemarin juga beberapa minggu ini mulai melemah, indeks dolar sekarang sekitar 106," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar yang diselenggarakan Indef, Senin (5/12/2022).
Baca Juga: Rupiah Tancap Gas di Awal Pekan, Tembus Rp15.369 per Dolar AS
Baca Juga: Ini 4 Mata Uang Paling Berpengaruh di Dunia, Ada Rupiah?
1. Fenomena strong dolar akan berlanjut
Perry menjelaskan bahwa ke depan dolar AS masih akan kuat tergantung beberapa indikator di Negara Paman Sam, yakni tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga the Fed. Dalam hal ini, kata Perry, bank sentral AS tentu akan menimbang antara kenaikan suku bunga dengan risiko resesi.
"Tapi kami perkirakan strong dolar akan berlanjut dan karenanya memberikan tekanan nilai tukar kepada banyak negara dunia, hampir seluruh negara dunia adalah mengalami pelemahan, tidak terkecuali rupiah," ujar Perry.