TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Minyak Goreng Selangit, Kemendag: Kita Jaga Dulu Stoknya

Pemerintah tak mau CPO habis diekspor

Ilustrasi minyak goreng di supermarket (IDN Times/Sunariyah)

Jakarta, IDN Times - Harga minyak terus melonjak. Di beberapa wilayah, terutama di DKI Jakarta harganya sudah mencapai Rp20 ribu per kilogram (kg). Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag), langkah utama yang dilakukan pemerintah adalah memastikan ketersediaan stok minyak goreng dalam negeri.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengaku pihaknya memang mengutamakan ketersediaan stok, baru kemudian menangani lonjakan harga. Pasalnya, saat ini terjadi fenomena kurangnya pasokan minyak nabati dunia yang memicu lonjakan harga.

"CPO yg biasanya pasokannya 43 persen dari kebutuhan minyak nabati dunia menjadi akan lebih tinggi, diperebutkan. Nah itu yang kita khawatirkan pasokan dalam negeri terganggu," kata Oke kepada IDN Times, Rabu (3/11/2021).

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Masih Selangit, di DKI Tembus Rp20 Ribu/Kilogram

Baca Juga: Dongkrak Ekonomi Kaltim, Batu Bara dan CPO Laris Manis di Luar Negeri

1. Stok minyak goreng dalam negeri tersisa untuk kebutuhan 1,5 bulan

Minyak goreng, sembako yang sering penyumbang inflasi. Foto ilustrasi: IDN Times/Hana Adi Perdana

Oke mengatakan stok minyak goreng dalam negeri saat ini sekitar 628 ribu ton. Stok tersebut diperkirakan hanya cukup untuk kebutuhan 1,5 bulan.

"Kebutuhan kita itu kurang lebih 5 juta ton per tahun, atau 400 ribu sekian ton per bulannya. Nah tadi dengan 628 ribu ton kita pertahankan, maka ketahanan pangan kita menjadi 1,5 bulan," ucap dia.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng 'Terbang', Kemendag: Ini Gejala Global

2. Pemerintah tak mau stok CPO dalam negeri habis diekspor

Ilustrasi Kelapa Sawit (IDN Times/Sunariyah)

Saat ini, harga crude palm oil (CPO) dunia memang mengalami kenaikan drastis. Tentunya, hal ini menjadi kabar baik bagi para eksportir CPO. Di sisi lain, apabila kegiatan ekspor CPO naik drastis, maka stok CPO untuk kebutuhan minyak goreng nabati dalam negeri bisa berkurang.

Oleh sebab itu, menurut Oke pemerintah perlu melakukan intervensi agar stok CPO tidak habis diekspor.

"Itu yang kita pertahankan dulu, baru berbicara harga. Jangan sampai semua keluar (diekspor)," tutur dia.

Meski begitu, menurut Oke intervensi akan dilakukan apabila pemerintah menemukan aktivitas ekspor CPO yang naik tidak normal.

"Kita harus monitor dulu, tidak bisa serta-merta dilakukan intervensi. Saat ini yang kita lakukan jangan ada upaya-upaya mendisrupsi harga, masih terkontrol di bawah harga internasional, masih bagus. Tetapi yang perlu intervensi ini jgn sampai ada upaya-upaya spekulasi dulu, harus tersedia terus. Baru kita pikirkan masalah harga," kata Oke.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya