TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenalan dengan Netverse, Metaverse Syariah Pertama di Dunia

Nilai ekonomi di metaverse diramal capai Rp150 kuadriliun

Netverse buatan IBF Net Group adalah metaverse pertama di dunia yang menerapkan prinsip syariah. (dok. IBF Net Group)

Jakarta, IDN Times – Metaverse pertama di dunia dengan prinsip syariah, yakni Netverse telah diluncurkan. Netverse milik IBF Net menggunakan bloackchain Algorand yang juga sudah menerapkan prinsip syariah.

Kehadiran Netverse menunjukkan digitalisasi di dunia Islam makin meluas. Ruang virtual Netverse dapat digunakan untuk interaksi sosial, dan juga berkontribusi pada kebaikan sosial melalui proyek Netversity yang menawarkan berbagai macam kursus, yang dapat diikuti oleh siapa saja dan di mana saja.

Sebagai informasi, IBF Net Group merupakan perusahaan keuangan syariah di industry blockchain. IBF Net didirikan pada tahun 1999 sebagai komunitas online pertama untuk pertukaran informasi dalam bidang ekonomi Islam.

Baca Juga: 5 Jenis Pekerjaan yang Dibutuhkan Metaverse, Nantikan Lowongannya!

1. Nilai perekonomian dalam metaverse diperkirakan tembus Rp150 kuadriliun

Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Netverse merupakan jurus yang digunakan IBF Net untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di dunia. Apalagi, kontribusi perekonomian digital diperkirakan tumbuh hingga 20-25 persen terhadap perekonomian global. Pangsa tersebut diperkirakan akan makin besar.

Bahkan, Goldman Sachs dan Morgan Stanley memprediksi potensi nilai perekonomian dalam metaverse bisa mencapai 8 triliun dolar AS sampai 10 triliun dolar AS, atau sekitar Rp120-150 kuadriliun.

Baca Juga: Budaya Digital Membaik, Indeks Literasi Digital Indonesia Naik

2. Netverse jadi tersambung pada miniatur perekonomian Islam digital

Ilustrasi Perkembangan Ekonomi Digital. (IDN Times/Aditya Pratama)

CEO IBF Net Group, Mohammed Alim mengatakan, Netverse akan menyediakan akses pada IBFNex, sebuah portofolio platform pada blockchain yang melayani sektor filantropi, nirlaba, dan sektor profit yang membentuk miniatur ekonomi Islam.

“Jaringan ini telah mengalami pertumbuhan keanggotaan lebih dari 600 persen selama dua tahun terakhir setelah berada di kisaran 5 ribu anggota dalam jangka waktu yang lama dan akan melewati target 50 ribu (lima puluh ribu) anggota pada pertengahan tahun 2023,” ujar Alim dikutip dari keterangan resmi, Senin (23/1/2023).

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya