TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

RI Belum Pernah Jadi Kiblat Penetapan Harga Komoditas Mentah Dunia

Komoditas RI selalu diekspor dengan harga acuan negara lain

ilustrasi brondolan kelapa sawit (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Indonesia adalah salah satu negara produsen komoditas mentah terbesar di dunia. Sebut saja minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), karet, kopi, coklat, kopra, dan sebagainya.

Meski menjadi produsen komoditas mentah yang dibutuhkan dunia, Indonesia tak pernah menjadi acuan dalam penetapan harga komoditas tersebut.

Misalnya saja CPO, jika diekspor menggunakan harga acuan di Malaysia atau Rotterdam.

"Kalau kita lihat tahun 1.400-an sekian, itu orang-orang Eropa datang ke Nusantara untuk mencari komoditi. Tetapi sampai sekarang kita belum bisa mengatakan kita lah yang bisa memberikan harga acuan komoditi dunia. Nah ini tentu jadi tantangan bagi kita," kata Plt Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Didid Noordiatmoko dalam acara Outlook Bappebti 2023, Rabu (4/1/2023).

Baca Juga: Bappebti Ngaku Belum Berhasil Bikin Bursa Kripto, Ini Alasannya

Baca Juga: Bappebti Sahkan 383 Aset Kripto yang Diperdagangkan 

1. Penetapan harga komoditas yang diekspor jadi tidak transparan

Ilustrasi buruh tani memanen getah karet. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Didid mengatakan, selama ini penetapan harga komoditas yang diekspor tidak transparan. Selain melihat acuan di negara lain, ada juga kesepakatan bilateral antara eksportir dengan pembeli di negara lain yang tidak diketahui pihak lain.

"Ketika hubungannya adalah bilateral antara penghasil komoditi di sini, kebun di sini dengan produsen coklat di Swiss, hubungannya adalah bilateral. Sehingga harga terbentuk sesuai kesepakatan mereka," tutur Didid.

Baca Juga: 68 Aset Kripto Dicoret dari Daftar Investasi Legal Bappebti, Kok Bisa?

2. Diperlukan bursa berjangka yang terintegrasi agar RI bisa jadi acuan harga komoditas dunia

Plt Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Didid Noordiatmoko. (dok. YouTube Info Bappebti)

Didid mengatakan, untuk bisa menjadi acuan harga komoditas dunia, Indonesia harus memiliki bursa berjangka yang perannya menyeluruh.

Saat ini, sudah ada dua bursa berjangka di Indonesia, yakni Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX). Namun, jenis komoditas yang sama di kedua bursa tersebut bisa memiliki harga yang berbeda.

Jika sudah ada bursa berjangka yang perannya sentral, maka seluruh perdagangan komoditas, termasuk ekspor bisa melalui bursa. Bursa akan membentuk harga komoditas yang menjadi acuan, yang didasari dengan suplai dan permintaan.

"Kalau itu masuk bursa, maka harga akan terbentuk berdasarkan pada kebutuhan pembeli dan penjual. Supply and demand akan masuk ke situ. Kami hanya mengawasi pembentukan harga bisa berjalan dengan transparan," ucap Didid.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya