Produk Herbal Lokal Disebut Tetap Perkasa Lawan Gempuran Barang China

Ini keunikan herbal lokal yang sulit disaingi produk asing

Jakarta, IDN Times - Produk herbal diyakini menjadi salah satu komoditas dalam negeri yang mampu bersaing dengan barang asing, khususnya dari China. Sebabnya, tidak mudah meniru produk herbal lokal karena kandungan dan komposisi bahan yang sulit ditemukan di luar negeri.

Pengamat ekonomi yang juga CEO Data Driven Asia, Muhammad Imran Hirawan, meyakini bahwa produk herbal bisa menjadi komoditas andalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Nilai lebih dari produk herbal lokal adalah bahan dasarnya tidak perlu impor.   

“Kalau kita lihat persaingan industri apparel dengan UMKM China, kita jelas gak bisa bersaing. Karena pembuatan pakaian atau jaket itu butuh katun sebagai bahan dasarnya dan kita masih impor kain 99 persen,” kata dia.

Imran pun menjelaskan, konsekuensi dari impor bahan dasar adalah harga barang siap jual yang melonjak tinggi, jika dibandingkan dengan barang yang diproduksi di negara penghasil bahan dasar. Hal itu menjadi masalah karena pola jual-beli masyarakat Indonesia masih menjadikan harga sebagai pertimbangan utama.

“Kalau misal kita masuk ke e-commerce, ada jaket kulit asli Garut yang kualitasnya bagus tapi harganya Rp800 ribu, kemudian ada jaket kulit sintetis yang harganya Rp250 ribu, saya yakin mereka (masyarakat Indonesia) akan pilih yang lebih murah,” ujar dia.

1. Industri jamu dan herbal di Indonesia sudah lama

Produk Herbal Lokal Disebut Tetap Perkasa Lawan Gempuran Barang ChinaIlustrasi jamu. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Terkait komoditas herbal dan obat-obatan tradisional, Imran yakin secara harga produk tanah air bisa bersaing. Karena Indonesia memiliki banyak jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi lokal.  

Demi mendongkrak nilai jual produk herbal lokal, Imran pun mengusulkan pemerintah dan produsen untuk bersama-sama menggalakkan edukasi masyarakat soal pentingnya mengkonsumsi produk yang sudah tersertifikasi.

Sertifikasi bukan hanya menandakan suatu produk aman untuk dikonsumsi, tapi juga meyakinkan calon konsumen bahwa produk tersebut dibuat sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah. Bukti kelayakan semakin penting karena saat ini banyak produk herbal ilegal yang beredar di pasar.

“Akreditasi dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan Kementerian Kesehatan itu bisa menambah nilai jual. Karena sekarang razia produk yang tidak terdaftar semakin sering. Artinya BPOM mulai proaktif untuk memberedel herbal dan obat yang tidak terlisensi,” jelas Imran.

Baca Juga: 9 Cara Mengonsumsi Obat Herbal dengan Aman

2. Tren positif penjualan herbal lokal

Produk Herbal Lokal Disebut Tetap Perkasa Lawan Gempuran Barang Chinailustrasi ikan sidat (dok. Gizidat)

Sementara itu, Nurul Khayatin sebagai salah satu pemain produk herbal dalam negeri, percaya diri untuk mengatakan bahwa barangnya bisa bersaing di berbagai e-commerce. Adapun herbal yang ia jual adalah Gizidat, produk yang terbuat dari madu alam Sumatera, temulawak, dan ekstrak ikan sidat.

“Penjualan Gizidat sepanjang 2022 telah tembus 20 ribu pieces per bulan, dengan pertumbuhan 7-10 persen. Penjualannya di berbagai e-commerce tidak kalah saing dengan produk-produk China,” kata Nurul yang merupakan Manager Pemasaran PT Rumbaka Gung Triwikrama.

Nurul mengatakan, bahan baku Gizidat yang khas Indonesia menjadikannya sulit ditiru oleh produsen herbal asing. Produk ini telah dipasarkan selama lebih dari 6 tahun dan dikenal dengan manfaatnya memperbaiki pencernaan serta nafsu makan anak.

“Komposisinya yang unik membuat kompetitor tidak mudah menawarkan produk serupa. Sehingga kami cukup percaya diri bisa bersaing dengan produk yang dibuat di luar negeri, atau sekarang misalnya di tengah gempuran produk China di Shopee ataupun TikTok,” papar Nurul.

Karakter unik herbal inilah yang menyebabkan Nurul tidak khawatir penjualannya menurun karena regulasi pemerintah soal penutupan TikTok Shop.

"Untuk kategori produk kesehatan, penutupan Tiktok Shop sepertinya tidak banyak memberi dampak penurunan penjualan," katanya.

3. Marketing kreatif untuk mendongkrak nilai jual UMKM herbal

Produk Herbal Lokal Disebut Tetap Perkasa Lawan Gempuran Barang Chinailustrasi marketing (unsplash.com/Campaign Creators)

Secara marketing, Imran pun menyoroti pentingnya UMKM untuk menerapkan strategi penjualan yang kreatif. Salah satunya adalah menonjolkan khasiat yang terkandung dalam produk herbal atau obat-obatan.

“Menurut saya, masyarakat kita masih belum terlalu fokus pada kandungan apa yang di dalamnya. Tapi mereka akan lebih melihat pada apa khasiatnya,” imbuh Imran.

Adapun Gizidat memanfaatkan media sosial sebagai platform edukasi dan promosi. Gizidat memiliki program Gizitalk yang berisikan dialog kesehatan dengan dokter atau pakar gizi. Kegiatan rutin ini menjadi salah satu strategi marketing kreatif Gizidat agar lebih dikenal masyarakat.

“Penjualan Gizidat masih mengoptimalkan kanal penjualan online dengan cara berjualan live di TikTok dan Shopee. Sementara kanal social commerce seperti Instagaram dan Facebook menjadi kanal yang efektif untuk mengenalkan produk Gizidat ke masyarakat,” kata Nurul.

Baca Juga: Pandemik Buka Peluang Pelaku UMKM Cuan dari Jual Minuman Herbal

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Belajar menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya