Taliban Kuasa Kabul, Harga Buah Kering di India Naik 3 Kali Lipat

India mendatangkan buah kering dari Afghanistan

Jakarta, IDN Times - Perdagangan bilateral antara India dengan Afghanistan, yang berjumlah sekitar 2 miliar dollar AS (Rp28,7 triliun) per tahun, terhenti setelah Taliban mengambil alih Kabul pada Mingu (15/8/2021).

Sebagai salah satu mitra dagang, dikutip dari The Straits Times, India mengimpor sekitar 85 persen buah keringnya dari Afghanistan dan mengekspor beragam pasokan penting ke negara tersebut.

Sebagian besar impor India berasal dari komoditas buah-buahan, seperti buah ara, kenari, almond, dan kismis, dengan total pembelian mencapai 509 juta dollar AS (Rp7,3 triliun) pada tahun lalu. Hampir 70 persen asafoetida India, bahan aromatik yang penting di dapur India, juga diimpor dari Afghanistan.

Harga buah-buahan kering di India telah naik tiga kali lipat selama seminggu terakhir, imbas rute perdagangan yang ditutup sejak Taliban mengambil alih pemerintahan.

Baca Juga: Taliban: Kami Tidak Ingin Melecehkan Perempuan, Itu Dilarang Allah!

1. Pedagang India berharap Taliban bisa melanjutkan perdagangan

Taliban Kuasa Kabul, Harga Buah Kering di India Naik 3 Kali LipatIlustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Adapun ekspor garmen, farmasi, peralatan medis, komputer, perangkat keras, semen, gula, dan serat sintetis India ke Afghanistan mencapai 825 juta dollar AS (Rp11,8 triliun) pada tahun lalu.

Sebagian besar ekspor gula India ke Afghanistan, pembeli terbesar kedua setelah Indonesia, dikirim via jalur darat melalui Karachi, Pakistan. Perdagangan antar negara telah meningkat tahun lalu sebesar 75 persen dibandingkan 2019, tetapi pencapaian itu terhenti bulan ini.

Di tengah situasi yang tidak kondusif, para pedagang India bersikukuh agar rezim Taliban tetap melanjutkan perdagangan sesuai perjanjian yang telah dibuat pemerintahan sebelumnya.

"Mungkin tidak ada bisnis yang datang dari Afghanistan selama enam bulan ke depan. Saya sedang mempersiapkan kerugian senilai 150 juta rupee (Rp29 miliar) setiap bulan, terutama di musim Deepavali yang akan datang, ketika orang biasanya merayakan dengan menghadiahkan almond, buah ara. dan kismis," kata Krishna Tewari, pedagang di Khadi Bawli, salah satu pasar buah kering terbesar di New Delhi.

Baca Juga: G7 Sepakati Roadmap Kerja Sama, Tanda Bakal Akui Taliban?

2. Afghanistan yang paling dirugikan karena perdagangan dengan India terhenti

Taliban Kuasa Kabul, Harga Buah Kering di India Naik 3 Kali LipatIlustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Federasi Organisasi Ekspor India mengatakan, Afghanistan pada dasarnya bukan pasar penting bagi India, karena hanya menyumbang 0,02 persen dari keseluruhan nilai ekspor dan 0,015 persen dari nilai impor.

Tetapi, secara politik, situasi di Afghanistan sangat menentukan stabilitas di India dan kawasan Asia Selatan, yang jika terjadi krisis bisa memicu inflasi.

"Kami menyumbang 45-50 persen dari total ekspor mereka, untuk rempah-rempah sekitar 45 persen, dan untuk kismis 90 persen," kata Ajay Sahi yang menjabat sebagai Kepala Eksekutif Badan Perdagangan, Federasi Organisasi Ekspor India.

Dari angka itu, Sahi hendak menyimpulkan bahwa pemerintah Afghanistan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap India.

Baca Juga: Kisah Pilu dari Afghanistan: "Dunia Meninggalkan Kami Sendirian"

3. Bencana ekonomi mengancam 14 juta warga Afghanistan kelaparan

Taliban Kuasa Kabul, Harga Buah Kering di India Naik 3 Kali LipatSeorang anak yang mengungsi dari provinsi bagian selatan, yang meninggalkan rumah akibat peperangan antara Taliban dengan aparat keamanan Afghanistan, tidur di taman umum yang digunakan sebagai penampungan di Kabul, Afghanistan, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.

Berdasarkan laporan dari Kabul, dikutip dari Reuters, Taliban meminta  para pegawai negeri untuk kembali bekerja, terkhusus mereka yang menempati pos-pos penting di Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

Taliban berjanji untuk memberi amnesti kepada siapa saja yang dulu pernah bekerja untuk pemerintahan Ashraf Ghani atau bahkan pemerintahan asing.

“Dia (orang Taliban) mengatakan jangan panik atau mencoba bersembunyi, para pejabat membutuhkan keahlian Anda untuk menjalankan negara setelah orang asing gila pergi," kata Ashraf Haidari, ekonom di Kementerian Keuangan, saat dihubungi oleh Taliban.

Sementara itu, situasi di Afghanistan semakin meresahkan. Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, menyebut jutaan warga Afghanistan terancam kelaparan karena konflik, kekeringan, dan pandemik COVID-19. Beasley berharap para pemimpin dunia bertindak cepat untuk menghindari bencana kemanusiaan.

Kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WFP mengaku membutuhkan uang senilai 200 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun) pada September 2021 untuk menangani musibah kelaparan di Afghanistan.

"Ada bencana hebat yang datang karena beberapa tahun kekeringan, konflik, kemerosotan ekonomi, diperparah oleh COVID. Jumlah yang yang kepalaran telah melonjak menjadi 14 juta orang sekarang,” kata Beasley di Doha pada Selasa (24/8/2021).   

Andi IR Photo Verified Writer Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya