Arsjad Rasjid: KaburAjaDulu Fakta, Lapangan Kerja di Indonesia Kurang

- Dua sumber pendapatan masyarakat
- Investasi banyak mengalami kendala
- Migrasi tenaga terampil ke luar negeri
Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, memandang pengangguran menjadi permasalahan serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Ada lebih dari 7 juta rakyat Indonesia hidup tanpa pekerjaan saat ini.
“Tantangan serius lain adalah jumlah pengangguran yang naik menjadi 7,28 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka memang turun 4,7 persen, tetapi jumlah pengangguran justru naik,” kata Arsjad dalam acara Meet The Leaders yang digagas oleh Universitas Paramadina, dikutip Senin (21/7/2025).
Arsjad menambahkan, hal lain yang lebih memprihatinkan lagi adalah fakta bahwa hampir 60 persen angkatan kerja Indonesia masih berada di sektor informal. Hal itu lantas memunculkan pertanyaan besar, apakah lapangan kerja mencukupi untuk memperbaiki keadaan.
1. Dua sumber pendapatan masyarakat

Terkait banyaknya pengangguran, Arsjad meminta berbagai pihak melihatnya melalui kacamata sederhana. Saat ini di Indonesia hanya ada dua sumber pendapatan masyarakat, yakni pedagang yang mendapat laba dari usahanya, dan kedua adalah pekerja yang mendapat upah, bonus, dan lain-lain.
“Jika dua sumber itu tidak lagi ada, maka growth economy tidak akan ada lagi, pasti menurun tajam. Jadi jelas, yang lebih urgent dalam menjadi tantangan saat ini adalah lapangan pekerjaan dan pengangguran,” kata Arsjad.
2. Investasi banyak mengalami kendala

Adapun dalam penciptaan lapangan kerja, investasi bisa menjadi kunci. Namun, Arsjad menilai hal tersebut masih penuh tantangan.
Sumber investasi yang masuk lebih pada capital intensive daripada labour intensive.
“Untuk menciptakan investasi, baik investasi kecil ataupun besar, tantangannya banyak sekali. Mulai dari soal tanah, preman, permitt, izin-izin dan segala macam persoalan,” kata Arsjad.
3. Migrasi tenaga terampil ke luar negeri

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi migrasi yang cukup signifikan dari para tenaga terampil Indonesia ke luar negeri, mulai dari perawat, ahli IT sampai insinyur.
Menurut Arsjad, para tenaga terampil itu bukannya tidak cinta Indonesia, tetapi di luar negeri upah yang diterima bisa 5-8 kali lebih besar dari jumlah upah di dalam negeri.
Di sisi lain, jenjang karier dan akses ke jaminan sosial yang lebih baik. Hal itu kemudian yang memicu tagar #KaburAjaDulu beberapa waktu lalu di media sosial.
“Kabur Aja Dulu itu adalah fakta, karena memang jumlah lapangan pekerjaan di dalam negeri yang sangat kurang. Hal itulah yang kini menjadi pertanyaan apa yang akan dilakukan dengan realitas yang ada seperti sekarang,” kata Arsjad.
4. Prabowo sebut Indonesia Gelap dan #KaburAjaDulu dibiayai koruptor

Sayangnya, apa yang disampaikan Arsjad tidak sama dengan cara pandang Presiden Prabowo Subianto.
Orang nomor satu di RI tersebut menuding demo Indonesia Gelap yang terjadi beberapa waktu lalu dibiayai koruptor. Namun, Prabowo tak menyebut siapa koruptor tersebut.
Mulanya, Prabowo menyindir pihak yang menggaungkan #KaburAjaDulu di media sosial. Menurutnya, tidak mudah berada di luar negeri.
"Yo kabur aja lo, emang gampang lo di situ di luar negeri, di mana lo di situ dikejar-kejar di situ," ujar Prabowo dalam pidatonya di penutupan Kongres PSI, Solo, Minggu (20/7/2025) malam.
"Dan ternyata memang ini adalah rekayasa ini dibuat-buat, ini dibayar oleh siapa? Oleh mereka-mereka yang ingin Indonesia selalu gaduh, Indonesia selalu miskin, ya koruptor koruptor itu yang biayai demo-demo itu, Indonesia gelap, Indonesia gelap,” sambungnya.