Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Rugi Rp152 Triliun imbas Penetapan Biaya Visa ke Afrika

Paspor Amerika Serikat. (unsplash.com/jontyson)
Paspor Amerika Serikat. (unsplash.com/jontyson)
Intinya sih...
  • Pengunjung asal Afrika akan beralih ke negara lain
  • WTTC perkirakan kunjungan turis di AS akan menurun tajam pada 2025
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 9,4 miliar dolar AS (Rp152 triliun) dalam 3 tahun ke depan imbas penetapan biaya visa integritas sebesar 250 dolar AS (Rp4 juta) kepada negara-negara Afrika.

“Biaya visa integritas akan ditetapkan pada akhir tahun ini. Biaya ini tidak dapat dihindari dan dikurangi. Ini diberlakukan untuk mencegah adanya penyelewengan visa kunjungan,” ungkap Asosiasi Perjalanan Wisata AS pada Minggu (17/8/2025). 

Beberapa bulan terakhir, AS terus meningkatkan pembatasan akses masuk warga dari negara-negara Afrika. Washington juga sudah menangguhkan proses visa bagi warga Burundi dan Zimbabwe. 

1. Pengunjung asal Afrika akan beralih ke negara lain

potret rakyat Afrika Selatan (unsplash.com/Steward Masweneng)
potret rakyat Afrika Selatan (unsplash.com/Steward Masweneng)

Wakil Presiden Asosiasi Perjalanan Wisata AS, Erik Hansen mengakui, jumlah turis asal India dan Brasil tidak terdampak. Namun, ia mengingatkan, kunjungan wisatawan asal Afrika tengah naik pada 2024. 

“Kongres telah salah jika memperkirakan biaya visa integritas hanya akan berdampak pada negara dengan kunjungan terbesar seperti India dan Brasil. Langkah ini tetap akan membuat kekacauan besar dari kunjungan turis asal Afrika,” ungkapnya, dikutip dari Business Insider Africa

Hansen menyebut, permintaan kunjungan warga dari Afrika ke AS terus meningkat sejak pandemik. Kebijakan ini akan berdampak pada pengalihan kunjungan mereka ke sejumlah negara lain, seperti Kanada, Inggris, dan China. 

Sejumlah warga kelas menengah atas dari Nigeria, Kenya, Afrika Selatan, dan Ghana akan merasa keberatan dengan penetapan biaya visa integritas di AS sebesar Rp4 juta. 

2. WTTC perkirakan kunjungan turis di AS akan menurun tajam pada 2025

ilustrasi negara Amerika Serikat (pexels.com/Ayman Bardi)
ilustrasi negara Amerika Serikat (pexels.com/Ayman Bardi)

Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (WTTC)  mengungkapkan, AS adalah satu-satunya dari 184 negara yang diprediksi oleh mengalami penurunan kunjungan pada 2025. 

“Ini adalah peringatan untuk pemerintah AS. Ekonomi AS dari sektor pariwisata akan menurun bukan karena kurangnya permintaan, tapi karena kesalahan kebijakan. Negara lain memberikan sambutan kepada turis asing, AS malah menutup pintu,” ujar CEO WTTC, Julia Simpson, dikutip dari The Independent

Pemberlakuan biaya visa integritas ini bagi wisatawan asing dari sejumlah negara ini diperkirakan akan membuat AS kehilangan 29 miliar dolar AS (Rp469,4 triliun) pada tahun ini. 

Dari enam negara dengan wisatawan terbesar di AS, seperti Kanada, Meksiko, Inggris, India, Brasil, Jepang, dan Jerman, hanya wisatawan asal Brasil dan India yang harus membayar biaya ini. Padahal turis asal India telah menyumbang pendapatan sebesar 13 miliar dolar AS (Rp210,4 triliun) ke AS pada 2022. 

3. Kunjungan wisatawan Kanada di AS turun 24 persen

Bendera Kanada. (unsplash.com/renankamikoga)
Bendera Kanada. (unsplash.com/renankamikoga)

Berdasarkan data dari Oxford Economics, kunjungan wisatawan asal Kanada di AS turun hingga 24 persen turun pada paruh pertama 2025. Padahal turis asal Kanada menjadi salah satu yang terbesar di AS.

Badan Statistik Kanada menyebut, volume kendaraan yang masuk dari Kanada ke AS menurun hingga 37 persen pada Juli 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini semakin tajam usai penurunan 33 persen pada Juni 2025, dilansir dari Forbes.

Penurunan wisatawan Kanada ini didorong oleh kebijakan Presiden AS, Donald Trump terkait aturan baru di perbatasan dan sentimen dari warga Kanada menyusul penetapan tarif dan masalah kedaulatan negara. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us