AstraZeneca Investasi Rp815 Triliun di AS di Tengah Gejolak Tarif

- AstraZeneca investasi Rp815 triliun di AS hingga 2030
- Perusahaan membangun pabrik raksasa dan ekspansi ke lima negara bagian, targetkan pendapatan tahunan sebesar 80 miliar dolar AS pada 2030
Jakarta, IDN Times - AstraZeneca, perusahaan farmasi asal Inggris-Swedia pada Senin (21/7/2025) mengumumkan rencana investasi sebesar 50 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp815 triliun di wilayah AS hingga 2030. Langkah ini diambil untuk memperkuat sektor manufaktur dan penelitian mereka di tengah rencana tarif perdagangan tinggi dari pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.
Rencana tersebut mencakup tarif hingga 200 persen untuk obat-obatan buatan luar negeri, dengan masa tenggang pemindahan produksi selama 12 hingga 18 bulan. Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca, Pascal Soriot, mengatakan, langkah ini menegaskan fokus perusahaan terhadap pasar AS.
“Pengumuman ini menggarisbawahi keyakinan kami pada inovasi bioteknologi Amerika dan komitmen kami kepada jutaan pasien yang membutuhkan obat-obatan kami di Amerika dan secara global,” ujarnya, dikutip dari Euro News.
1. AstraZeneca bangun pabrik raksasa dan ekspansi ke lima negara bagian
Dilansir dari CNBC Internasional, pusat dari investasi ini adalah pembangunan fasilitas manufaktur mutakhir di negara bagian Virginia, dengan nilai proyek mencapai miliaran dolar AS. Fasilitas tersebut akan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah AstraZeneca dan akan difokuskan pada produksi obat manajemen berat badan, termasuk pil obesitas berbasis senyawa GLP-1 dalam bentuk oral. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), sistem otomatisasi, dan analitik data akan diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pabrik.
Dilansir dari The Guardian, AstraZeneca juga memperluas fasilitas riset dan produksi terapi sel di lima negara bagian lainnya. Ekspansi ini mencakup Maryland, Massachusetts, California, Indiana, dan Texas. Perusahaan memperkirakan bahwa proyek ini akan menciptakan puluhan ribu lapangan kerja baru di berbagai sektor pendukung.
2. Perusahaan targetkan lonjakan pendapatan dan dominasi pasar AS

AstraZeneca menetapkan target pendapatan tahunan sebesar 80 miliar dolar AS (sekitar Rp1,3 kuadriliun) pada 2030, dengan separuh di antaranya ditargetkan berasal dari pasar AS. Saat ini, pasar AS sudah menyumbang sekitar 42 persen dari total pendapatan global perusahaan. AstraZeneca mempekerjakan lebih dari 18 ribu orang dan secara tidak langsung mendukung 92 ribu lapangan kerja di seluruh wilayah AS.
Investasi senilai 50 miliar dolar AS ini menjadi pelengkap dari komitmen sebelumnya sebesar 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp57 triliun) yang diumumkan pada November 2024. Perusahaan juga menyebut pasar AS sebagai elemen kunci untuk peluncuran 20 jenis obat baru yang direncanakan sebelum akhir dekade ini.
3. Pemerintah AS sambut positif dan pasar mulai berspekulasi
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyebut langkah AstraZeneca sebagai sinyal positif bagi kemandirian sektor farmasi domestik.
“Selama beberapa dekade, orang Amerika telah bergantung pada pasokan asing untuk produk farmasi utama,” katanya.
Ia menambahkan, kebijakan tarif baru dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan struktural tersebut.
Langkah AstraZeneca juga mencerminkan tren global di industri farmasi yang semakin fokus ke AS. Beberapa perusahaan besar seperti Novartis, Sanofi, Roche, Eli Lilly, dan Johnson & Johnson juga telah mengumumkan investasi besar di negara itu.
Sementara itu, laporan dari The Times menyebut bahwa AstraZeneca sedang mempertimbangkan untuk memindahkan pencatatan sahamnya ke bursa saham AS, meskipun perusahaan belum memberikan tanggapan resmi atas spekulasi tersebut.