Perusahaan Farmasi Eropa Tuntut Dukungan UE Hadapi Ancaman Tarif AS

- 36 perusahaan farmasi Eropa mendesak Komisi Eropa untuk mencegah eksodus industri ke AS.
- Tarif impor AS mengancam rantai pasok global, menurunkan investasi di Eropa, dan memicu kenaikan harga obat.
- European Federation of Pharmaceutical Industries and Associations (EFPIA) memperingatkan bahwa tarif AS dapat mempercepat perpindahan investasi dan penelitian ke AS.
Jakarta, IDN Times - Perusahaan farmasi terkemuka Eropa mendesak Komisi Eropa untuk segera bertindak guna mencegah eksodus industri mereka ke Amerika Serikat (AS). Ancaman tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump mendorong kekhawatiran akan terganggunya rantai pasok global dan menurunnya investasi di Eropa.
Dalam surat kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, 36 perusahaan farmasi global, termasuk Pfizer, Eli Lilly, dan AstraZeneca, menyerukan kebijakan radikal untuk menjaga operasional mereka di Uni Eropa (UE). Langkah ini diambil setelah Trump menyatakan rencana mengenakan tarif pada produk farmasi dalam waktu dekat, yang dapat mengerek harga obat dan mengganggu akses pasien.
1. Tuntutan kompensasi dan regulasi sederhana
Sebanyak 36 perusahaan farmasi global menyampaikan bahwa mereka menghadapi tantangan biaya di Eropa dibandingkan AS, di mana harga obat rata-rata dua kali lebih tinggi dibandingkan di beberapa negara Eropa, seperti Prancis.
Mereka meminta UE memberikan kompensasi untuk biaya inovasi farmasi agar industri ini tetap kompetitif di tengah ancaman tarif. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini mendesak penyederhanaan regulasi, khususnya terkait uji klinis yang saat ini harus dilakukan di beberapa negara.
“Kami berharap dapat bekerja sama dalam beberapa minggu ke depan untuk memastikan proposal ini menjadi kenyataan demi pasien dan perkembangan ekonomi Eropa,” tulis perwakilan perusahaan dalam surat tersebut, seperti dikutip dari Les Echos.
2. Ancaman eksodus ke Amerika Serikat
European Federation of Pharmaceutical Industries and Associations (EFPIA) memperingatkan bahwa tarif AS dapat mempercepat perpindahan investasi dan penelitian ke AS.
Data EFPIA menunjukkan bahwa AS menyumbang 49,1 persen dari penjualan farmasi global pada 2021, jauh di atas Eropa yang hanya 23,4 persen, menjadikan AS pasar yang sangat menarik. EFPIA memperkirakan 16,5 miliar euro (Rp315 triliun) investasi di UE berisiko hilang dalam tiga bulan ke depan jika tidak ada tindakan cepat.
“Dengan ketidakpastian akibat ancaman tarif, insentif untuk berinvestasi di EU semakin kecil, sementara ada dorongan besar untuk pindah ke AS,” ujar seorang eksekutif senior EFPIA, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada Reuters.
3. Dampak pada rantai pasok global
Ancaman tarif tidak hanya mengkhawatirkan perusahaan Eropa, tetapi juga pasien di kedua sisi Atlantik karena rantai pasok farmasi yang saling terhubung. Ekspor produk medis dan farmasi UE ke AS mencapai 90 miliar euro (Rp1,7 kuadriliun) pada 2023, menurut Eurostat, menunjukkan ketergantungan AS pada obat-obatan dari Eropa, seperti semaglutide untuk obat penurun berat badan.
Gangguan rantai pasok dapat menyebabkan kenaikan harga obat dan potensi kelangkaan. Komisi Eropa kini berupaya mencari solusi negosiasi dengan AS untuk melindungi sektor strategis ini.
“Tarif akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi akses pasien terhadap obat-obatan penting,” kata Emily Field, kepala penelitian ekuitas farmasi Eropa di Barclays, menyoroti kompleksitas rantai pasok global, dikutip dari Reuters.