Bank Indonesia Lagi-lagi Pilih Pertahankan Suku Bunga Acuan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia atau RDG BI memutuskan menahan tingkat suku bunga acuan atau 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di level 4 persen, pada Oktober 2020.
Kemudian tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap di level 3,25 persen dan 4,75 persen.
"RDG BI pada 12-13 Oktober 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7DRR sebesar 4 persen," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual hasil RDG BI periode Oktober 2020, Selasa (13/10/2020).
Baca Juga: BI Bocorkan Alasan Suku Bunga Kredit Tidak Juga Turun
1. Mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang membaik
Perry mengatakan, keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang terus membaik, termasuk besarnya stimulus fiskal, salah satunya di Amerika Serikat.
Lalu kemudian pemulihan ekonomi Tiongkok yang meningkatkan investasi industri manufaktur.
“Dari besarnya stimulus fiskal dan berkurangnya penyebaran COVID-19, yang meningkatkan investasi di sektor manufaktur, di tengah terbatasnya perbaikan ekonomi negara berkembang lainnya,” jelas Perry.
Selanjutnya, pemulihan ekonomi global juga mendorong peningkatan beberapa indikator di bulan September 2020, seperti mobilitas masyarakat global, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan Jasa di beberapa negara, serta keyakinan konsumen di AS dan kawasan Eropa.
Editor’s picks
Meski begitu, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi, dipicu isu geopolitik seperti ketidakpastian Pemilu AS dan perundingan Brexit, serta ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
2. Mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional yang membaik
Perry menegaskan, keputusan RDG BI juga mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional seiring meningkatnya realisasi dana program penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Selain itu, ekspor juga meningkat seiring naiknya permintaan dari AS untuk beberapa komoditas seperti besi baja dan tekstil.
"Peran stimulus fiskal, ekspor, dan kenaikan investasi bangunan menyanggah ekonomi di tengah terbatasnya konsumsi. Terlihat penjualan eceran naik, penjualan online, dan job vacancy," jelas Perry.
3. Mempertimbangkan indikator ketahanan ekonomi Indonesia
BI juga mempertimbangkan indikator ketahanan ekonomi Indonesia, tercermin dari Defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang diperkirakan surplus pada akhir 2020.
"Surplus relatif besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Neraca pembayaran Indonesia juga diperkirakan surplus meski ada net outflow," tuturnya.
Baca Juga: Suku Bunga Tidak Kunjung Turun, Ekonom Curiga Ada Mafia Bank