BI Ramal Inflasi April 0,18 Persen, Lebih Rendah dari Ramadan 2019
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memperkirakan inflasi April tetap rendah dan terkendali mencapai 0,18 persen secara month to month atau 2,78 persen secara year on year.
"Kami sudah mendapat survei pemantauan harga sampai minggu ke 4 April 2020. Berdasarkan survei pemantauan harga dari seluruh 46 kantor-kantor Bank Indonesia di seluruh Indonesia," kata Perry, saat melakukan media briefing Rabu (29/4).
Perry mengatakan, angka itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka inflasi Maret yang mencapai 2,96 persen (year on year), dan Februari 2,98 persen secara (year on year).
1. BI sudah memprediksi inflasi rendah karena adanya PSBB
Baca Juga: Ada Virus Corona, BPS Catat Inflasi Maret 2020 sebesar 0,10 Persen
Dia mengatakan, BI sudah memperkirakan bahwa bulan Ramadan tahun ini inflasi akan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
"Dengan adanya PSBB di sejumlah wilayah menurunkan tingkat permintaan, jadi bagian terkendalinya inflasi," ujarnya.
Pada Ramadan tahun lalu atau April 2019, berdasarkan data yang dikutip dari situs resmi BI inflasi tercatat di angka 2,83 persen.
2. Berikut komoditas yang menyumbang inflasi dan deflasi
Perry menuturkan, ada dua komoditas yang menjadi penyumbang deflasi yakni cabai merah 0,11 persen dan daging ayam 0,08 persen.
Sementara beberapa komoditas yang mencatat inflasi di antaranya bawang merah 0,12 persen, emas perhiasan 0,09 persen, jeruk 0,05 persen, gula pasir 0,02 persen.
3. BI sebelumnta prediksi inflasi di 0,2 persen
Sebelumnya, (9/4) Bank Indonesia memperkirakan inflasi April 2020 masih rendah dan terkendali. Berdasarkan survei yang dilakukan inflasi April diperkirakan 0,2 persen secara month to month, sedangkan secara year on year 2,80 persen.
Perry mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan inflasi domestik pada April akan terkendali. Pertama, kata Perry, pemerintah pusat dan daerah berhasil berkoordinasi dengan baik untuk memenuhi bahan pokok dan mengendalikan inflasi.
Kedua, tingkat pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari produksi nasional sehingga kesenjangan output masih negatif. "Artinya tekanan inflasi dari sisi permintaan itu terkendali," katanya.
Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksikan Inflasi April Rendah, Hanya 0,2 Persen