Budi Waseso Bocorkan Masalah yang Dihadapi Bulog hingga Utang Rp28 T
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menceritakan beberapa masalah yang dihadapi perusahaannya selama ini. Hingga September 2019, total utang Bulog mencapai Rp28 triliun.
"Bulog tak ideal menurut saya. Karena kita penugasan satu sisi tapi justru di situlah Bulog terjerat dalam suatu permasalahan,” kata Buwas di kantor BUMN, Jumat (1/11).
1. Bulog menggunakan uangnya untuk impor beras dalam CBP
Pria yang akrab disapa Buwas tersebut, mencontohkan masalah yang dihadapi Perum Bulog. Misalnya, negara memberi penugasan untuk melakukan impor beras dalam mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Namun yang digunakan sebagai jaminan adalah uang perseoran.
"Ini masalah besar, karena nilainya triliunan dan bunganya komersial. Sedangkan CBP ini tidak bisa kita jual belikan kecuali ada penugasan,” kata dia.
Baca Juga: Mengenal Bulog, Si Penjaga Ketahanan Pangan Nasional
2. Penyerapan beras terhambat dan citra beras Bulog dianggap buruk
Editor’s picks
Selanjutnya, ia menceritakan hingga kini gudang penyimpanan beras Bulog masih banyak yang konvesional. Menurutnya, hal itu menyebabkan beras tak bisa awet dan membuat penyerapan beras bisa terhambat.
“Nah kita bicara pangan maka ada waktu dan kualitas. Ini akan turun-turun, kalau lama tak dipakai ini akan rusak, padahal uangnya pinjam. Tidak disalurkan, kualitasnya turun, dengan kualitas turun, harga turun. Ini dilema,” kata Buwas.
Ia mengaku hal itu pun menyebabkan citra Bulog yang dianggap negatif oleh masyarakat. “Karena citra Bulog sudah negatif, karena penugasan itu, beras yang sudah turun mutu dilempar juga ke pasar untuk rastra dan raskin, jelek pasti berasnya. Itulah image yang membuat Bulog negatif,” ucapnya.
Saat ini, penyerapan beras Bulog di pasar terhambat hingga hanya sekitar 20 persen dari total beras yang dimiliki Bulog bisa diserap.
3. Buwas kembangkan sistem penyimpanan beras berbasis teknologi
Kini, Buwas mengatakan pihaknya tengah mengembangkan sistem penyimpanan beras yang berbasis teknologi, sehingga kualitas beras bisa lebih awet. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas beras.
Selain itu, Ia juga sedang membenahi regulasi-regulasi agar Bulog bisa lebih fleksibel masuk ke pasaran dan komersial.
“Harus kita yang bergerak. Maka saya membuat program dan saya membuat produk beras premium dari beberapa jenis beras berkualitas termasuk kemasannya, mereknya,” ucapnya.
Baca Juga: Simpan Stok 194 Ribu Ton, Bulog Sulsel: Kami Kebanjiran Beras