Garuda Diduga Hostile Takeover, BEI Masih Dalami Transaksi Sahamnya

Tahun ini, Garuda banyak terkena sentimen negatif

Jakarta, IDN Times - Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Kristian S Manullang, masih mendalami volatilitas transaksi saham PT Garuda Indonesia, terkait dugaan adanya upaya cornering untuk mengumpulkan saham di harga murah dengan tujuan hostile takeover atau penguasaan atas perusahaan.

"Saat ini, kami masih mendalami volatilitas transaksi saham Garuda untuk melihat kemungkinan terjadinya pola-pola transaksi atas transaksi saham tersebut," katanya kepada IDN Times, Sabtu (3/8).

Baca Juga: Ada Apa dengan Garuda Indonesia? 

1. Saham Garuda Indonesia sempat naik di bulan Juli

Garuda Diduga Hostile Takeover, BEI Masih Dalami Transaksi SahamnyaIDN Times/Holy Kartika

Dugaan tersebut awalnya disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dito Ganinduto. Menurutnya, pemberitaan negatif atas Garuda Indonesia diikuti aksi jual investor ritel tapi diikuti kenaikan signifikan porsi pemegang saham tertentu.

Mengutip data RTI, harga saham Garuda Indonesia sempat mengalami kenaikan seiring dengan sentimen negatif yang menerpa perusahaan pada Juli lalu. Senin (8/7), kenaikan cukup signifikan yakni 8,46 persen dari hari sebelumnya. Lalu, Senin (29/7) harga saham Garuda juga naik 5,13 persen.

Analis Oso Sekuritas, Sukarno Alatas, mengatakan OJK dan pihak BEI memang harus segera mencari tahu siapa yang melakukan pembelian saham Garuda. "Cari tahu siapa dulu yang melakukan pembelian di sana, apakah masih pihak yang berelasi? Wajar sih kalau dicurigai karena dia perusahaan BUMN jadi banyak yang ingin mengambil untung di sana," tuturnya.

2. Harga saham Garuda sudah terkoreksi

Garuda Diduga Hostile Takeover, BEI Masih Dalami Transaksi SahamnyaANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Kendati demikian, sepekan terakhir ini harga saham Garuda sudah terkoreksi 4,8 persen.
Menurut Sukarno, hal itu wajar karena banyaknya informasi pemberitaan negatif terkait perusahaan pelat merah tersebut.

"Emang hal biasa pihak memanfaatkan atau dimanfaatkan dengan adanya berita jelek, sehingga banyak investor ritel mekakukan penjualan di situ. Kesempatan pihak melakukan pembelian dan sebaliknya," jelasnya.

3. Saham Garuda masuk kompas 100

Garuda Diduga Hostile Takeover, BEI Masih Dalami Transaksi SahamnyaIDN Times / Auriga Agustina

Saham Garuda baru-baru ini pun masuk ke dalam indeks kompas 100 padahal sentimen negatif masih membayangi perusahan. Kendati begitu, Kepala riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan hal tersebut wajar terjadi sebab konstituen indeks kompas 100 biasanya diisi oleh saham-saham yang likuid.

"Harga saham Garuda ini pergerakannya volatile semenjak banyak informasi yang menerpa, waktu dia terkoreksi ini dimanfaatkan investor untuk melakukan transaksi. Sehingga, sahamnnya jadi likuid," jelasnya.

Baca Juga: Sempat Klaim Untung, Kini Garuda Indonesia Mengaku Rugi Rp2,4 Triliun 

4. Pada 2018 Garuda rugi Rp2,4 triliun

Garuda Diduga Hostile Takeover, BEI Masih Dalami Transaksi SahamnyaIDN Times / Auriga Agustina

Sebelumnya Garuda Indonesia, sempat mengklaim bahwa perusahaan mengalami laba sebesar US$5,018 juta pada 2018 atau setara dengan Rp70 miliar. Namun perusahaan kemudian menyajikan ulang atau melakukan restatement laporan keuangan yang menyebut perusahaan mengalami rugi sebesar US$175,028 juta. Apabila mengacu pada kurs Rp14.000, maka angka tersebut setara dengan Rp2,4 triliun.

Emiten berkode saham GIAA ini, juga sempat melaporkan youtuber Rius Vernandes, kerena mengunggah video terkait  kasus kartu menu tulis tangan atas dugaan pelanggaran UU Informasi Transaksi Eletronik (ITE). Namun tak lama kemudian, Garuda Indonesia akhirnya menyabut laporan tersebut.

Baca Juga: Keren! Akhirnya Garuda Indonesia Punya Pilot Perempuan Asal Papua

Topik:

  • Anata Siregar
  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya