IHSG Ditutup Bertenaga, Kok Rupiah Loyo?

PSBB menjadi sentimen rupiah dan saham

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat 87,95 poin atau 1,45 persen ke level 6.153,63 pada perdagangan Kamis (7/1/2020). Volume perdagangan tercatat sebanyak 23,450 juta lembar saham, dengan frekuensi tercatat sebanyak 1,622 kali. Adapun nilai transaksi mencapai Rp21,82 triliun.

Sebanyak 279 saham menguat, 187 saham melemah dan 169 saham tidak mengalami perubahan.

1. Tapi pergerakan saham masih dibayangi kekhawatiran investor terkait PSBB

IHSG Ditutup Bertenaga, Kok Rupiah Loyo?Ilustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan secara teknikal, IHSG menguat. Namun, menurut dia, pergerakan masih dibayangi oleh kekhawatiran investor terkait dengan PSBB.

"Merespon akan segera diberlakukan pembatasan baru yang lebih diperketat di Jawa dan Bali yang diperkirakan akan mengurangi aktivitas perekonomian," katanya melalui keterangan tertulis.

Baca Juga: IHSG Besok Diprediksi Melemah, Siap-siap Koleksi Saham Ini

2. Saham yang besok bisa diborong

IHSG Ditutup Bertenaga, Kok Rupiah Loyo?Ilustrasi penurunan nilai (IDN Times/Arief Rahmat)

Adapun saham-saham yang dapat direkomendasikan pada perdagangan Jumat (8/1/2020), di antaranya:

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BBRI

PT PP Tbk atau PTPP

PT Media Nusantara Citra Tbk atau MNCN

3. Nilai tukar rupiah ditutup melemah

IHSG Ditutup Bertenaga, Kok Rupiah Loyo?Ilustrasi Uang Rupiah (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, ditutup melemah. Rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp13.910 per dolar AS .

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam menyebutkan, salah satu yang menyebabkam nilai tukar rupiah melemah karena pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar ataudi wilayah Jawa dan Bali.

Menurut dia, pengetatan ini dapat berpengaruh fatal terhadap konsumsi masyarakat yang berujung terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama atau tahun 2021 di kisaran satu persen hingga dua persen.

“Artinya, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang oleh pemerintah sebesar 5 persen kemungkinan tidak akan tercapai dan pemerintah kemungkinan akan merevisi pertumbuhan ekonominya di kuartal perama tahun 2021,” katanya dalam keterangan tertulis.

Baca Juga: Kamis Pagi, IHSG dan Rupiah Kompak Menguat

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya