ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
Said menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di 5 persen untuk tahun 2024. Kemudian, inflasi berada dalam rentang 1,5 hingga 3,5 persen.
Stabilitas ini dilandaskan pada faktor eksternal atas volatilitas harga komoditas yang relatif rendah dibanding realisasi pada 2022, serta faktor internal karena semakin baiknya kinerja tim pengendali inflasi pusat dan daerah.
Di sisi lain, Said optimistis kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih kuat, meskipun DPR dan Senat AS telah meloloskan undang undang untuk menaikkan plafon utang Pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS.
"Meskipun kebijakan ini di satu sisi mengatasi problem gagal bayar utang pemerintah AS, namun di sisi lain menunjukkan kredibilitas keuangan Pemerintah AS turun," katanya.
Menurur Said, Investor masih ragu untuk terus memegang dolar AS. Persepsi ini menguatkan sentimen terhadap rupiah kendati tidak terlalu besar.
"Oleh sebab itu, agenda memperbanyak local currency settlement harus terus kita tempuh," tegasnya.