Ilustrasi Uang (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Sementara itu dari dalam negeri, lonjakan penularan COVID-19 di Indonesia masih jadi perhatian utama. Ibrahim menyebut lonjakan kasus bukan karena kesalahan masyarakat semata, namun permasalahan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dalam mengatasi pandemik juga menjadi faktor penyebab.
“Karena khawatir ekonomi akan melambat dan padahal sudah otomatis ekonomi melambat,” ujarnya.
Selain itu, baik pemerintah maupun masyarakat, menurutnya, tidak mau belajar dan tidak mau mendengar pendapat para ahli wabah dan kesehatan masyarakat.
"Di awal program vaksinasi, misalnya, pemerintah hanya fokus untuk memberikan kepada para tenaga kesehatan dan petugas di pelayanan publik, serta masyarakat yang secara langsung berkontribusi terhadap perekonomian. Para ahli wabah atau dokter kemudian menyarankan agar para lansia yang sangat rentan terinfeksi masuk target prioritas,” tambahnya.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.410-Rp14.470 per dolar AS.