Belanja Inggris Melonjak Hadapi Ancaman Tarif Trump

Intinya sih...
- Pengeluaran konsumen di Inggris naik signifikan pada Maret 2025, meskipun ancaman tarif perdagangan AS.
- Kenaikan pengeluaran terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak tarif AS terhadap ekspor Inggris.
- Konsumen membeli barang tahan lama sebelum potensi kenaikan harga akibat gangguan rantai pasok global, mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Jakarta, IDN Times - Belanja konsumen di Inggris menunjukkan kenaikan signifikan pada Maret 2025, meskipun ancaman tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menimbulkan kekhawatiran di pasar global. Data terbaru menunjukkan bahwa masyarakat Inggris tetap optimistis, dengan pengeluaran ritel yang melonjak di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kenaikan ini terjadi di saat banyak negara menghadapi dampak tarif AS yang mulai berlaku pada awal April, termasuk tarif 10 persen untuk ekspor Inggris ke AS. Meski demikian, konsumen Inggris tampaknya memanfaatkan momentum sebelum potensi kenaikan harga akibat gangguan rantai pasok global, mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang melebihi ekspektasi.
1. Kenaikan belanja ritel di tengah tekanan global
Data dari British Retail Consortium (BRC) mencatat kenaikan pengeluaran ritel sebesar 3,2 persen pada Maret 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh pembelian barang tahan lama seperti elektronik dan perabot. Pusat perbelanjaan di luar kota mencatat kenaikan kunjungan tertinggi, meskipun jalan raya tradisional juga menunjukkan peningkatan aktivitas.
“Konsumen tampaknya bergegas membeli barang sebelum harga naik akibat tarif,” kata Helen Dickinson, CEO BRC. Kenaikan ini kontras dengan prediksi awal yang memperkirakan penurunan akibat inflasi dan ketidakpastian perdagangan. Namun, para analis memperingatkan bahwa lonjakan ini mungkin bersifat sementara jika tarif AS terus mengganggu rantai pasok.
2. Respon ritel terhadap ancaman tarif
Sejumlah peritel besar seperti Tesco dan Asda bereaksi cepat dengan meluncurkan pemotongan harga untuk menarik konsumen yang sensitif terhadap harga. Langkah ini membantu menjaga kepercayaan pembeli meskipun ada kekhawatiran tentang kenaikan biaya impor dari AS dan negara lain yang terdampak tarif.
“ Kami berupaya menjaga harga tetap kompetitif agar konsumen tetap berbelanja,” ujar juru bicara Tesco. Namun, para ekonom memprediksi bahwa jika Inggris membalas dengan tarif serupa terhadap barang AS, harga barang impor seperti elektronik dan pakaian bisa melonjak, yang berpotensi melemahkan daya beli di masa depan.
3. Prospek ekonomi di tengah ketidakpastian
Meski belanja Maret menunjukkan ketahanan, para ahli memperingatkan bahwa dampak jangka panjang dari perang tarif bisa menekan pertumbuhan Inggris. Kantor Tanggung Jawab Anggaran (OBR) memperkirakan penurunan PDB sebesar 0,6 persen pada 2025 jika tarif terus berlanjut tanpa kesepakatan perdagangan baru dengan AS.
“Kami masih optimis, tetapi pemerintah perlu bertindak cepat untuk melindungi konsumen dan bisnis,” kata ekonom senior Pantheon Macroeconomics, Elliott Jordan-Doak, dikutip dari Reuters.
Dengan negosiasi perdagangan yang masih berlangsung, Inggris berupaya mencapai kesepakatan ekonomi dengan AS untuk mengurangi dampak tarif, sambil menjaga stabilitas pasar domestik.