Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keuntungan Bank AS Melonjak, Tarif Trump Jadi Ancaman Baru

Bendera AS (unsplash.com/Ben White)

Jakarta, IDN Times - Laporan keuangan kuartal pertama 2025 menunjukkan kinerja cemerlang bank-bank besar di Amerika Serikat (AS). Keuntungan mereka melampaui perkiraan analis, didorong oleh lonjakan aktivitas perdagangan saham dan pengelolaan aset yang kuat.

Namun, di balik capaian positif ini, eksekutif perbankan mengeluarkan peringatan serius pada Jumat (11/4/2025). Kebijakan tarif yang diusulkan pemerintahan baru dinilai dapat mengganggu stabilitas ekonomi global, memicu inflasi, dan menghambat pertumbuhan.

1. Kinerja keuangan bank melebihi ekspektasi

Bank-bank seperti JPMorgan Chase, Morgan Stanley, dan Wells Fargo mencatat keuntungan signifikan pada kuartal pertama 2025. Aktivitas perdagangan saham yang melonjak dan pendapatan dari divisi wealth management menjadi pendorong utama, di tengah pasar keuangan yang dinamis sepanjang awal tahun.

“Kami melihat klien sangat aktif di pasar ekuitas, yang membantu kami mencapai hasil di atas perkiraan,” ujar CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, dalam konferensi pers. Meski begitu, ia menekankan bahwa ketidakpastian global tetap menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan.

2. Kekhawatiran tarif mengguncang optimisme

Di tengah euforia kinerja keuangan, eksekutif bank menyuarakan kekhawatiran atas rencana penerapan tarif baru yang lebih ketat. Tarif ini, terutama terhadap impor dari Tiongkok, dikhawatirkan akan memicu kenaikan harga barang dan mengganggu rantai pasok global.

“Kebijakan tarif yang agresif bisa memicu inflasi dan melemahkan daya beli konsumen,” kata Jane Fraser, CEO Citigroup, dalam wawancara dengan Reuters. Fraser menambahkan bahwa bank sedang mempersiapkan skenario untuk menghadapi dampak potensial terhadap kredit dan investasi.

3. Langkah antisipasi di tengah ketidakpastian

Untuk menghadapi risiko yang muncul, bank-bank besar mulai mengevaluasi strategi mereka. Beberapa di antaranya memperkuat cadangan dana untuk mengantisipasi potensi gagal bayar kredit, sementara yang lain meningkatkan fokus pada pasar domestik untuk mengurangi ketergantungan pada perdagangan internasional.

“Kami tetap optimistis, tapi harus realistis dalam menghadapi tantangan baru,” ungkap Charlie Scharf, CEO Wells Fargo, saat rapat investor. Ia menegaskan bahwa diversifikasi portofolio dan pengelolaan risiko akan menjadi kunci menjaga stabilitas di tengah gejolak ekonomi yang mungkin terjadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us