Bersama IDN Pictures, Kenali Tahapan Pasca Produksi Film

Jakarta, IDN Times - Dimulai pada awal Januari 2021 lalu, proses syuting film Balada Si Roy telah rampung digarap, kurang lebih 40 hari setelah proses syuting pertama kali dilaksanakan. Tak berhenti di proses syuting, sebelum tayang dan disaksikan para penikmat film, film Balada Si Roy akan terlebih dahulu memasuki sebuah tahap yang disebut dengan tahapan pasca produksi. Wah, meliputi apa saja, sih, tahapan pasca produksi itu? Untuk menjawab rasa penasaran kita, Supra Yogi, Film Director di IDN Pictures, memberikan penjelasan mengenai apa saja yang dilakukan di tahap pasca produksi sebuah film. Keep scrolling, yuk!
1. Selesai syuting, perjuangan belum usai
Selesainya proses syuting baru menandai 50% dari progres pembuatan sebuah film secara keseluruhan. Ketika proses syuting sudah rampung, editor, director, dan produser akan melihat semua klip yang terkumpul dan memilih klip mana saja yang akan mereka pilih. Klip adegan yang terpilih akan "dijahit" menjadi satu gabungan. "Awalnya, klip adegan, 'kan, masih pisah-pisah, jadi kita harus gabungkan dulu agar jadi satu kesatuan film. Ini dinamai offline editing. Nah, kalau semua pihak sudah sepakat dengan potongan adegan, durasi film, dan berbagai detail mentahan yang lain itu, artinya kita sudah mencapai tahapan pitch lock," terang Yogi.
Paralel dengan hal tersebut, online editing pun mulai dilakukan. "Apa itu online editing? Jadi, pada proses ini, kita akan menambah elemen-elemen eksternal, seperti grafis, color grading, efek visual CGI (Computer-Generated Imagery), music scoring, theme song, dan yang lain. Lalu, siapa saja yang bertanggung jawab atas fase ini? Ada penata efek visual, penata musik, colorist, director, dan produser," tambahnya.
2. Indonesia pasti bisa optimalkan disiplin waktunya

Ada fakta menarik yang diungkap oleh Yogi kali ini. "Kita ini biasanya melakukan color grading di Bangkok, bukan di Indonesia. Ini menarik, sih, mengingat kalau dinilai dari kemampuan sumber daya, saya rasa, ya, hampir sama lah antara Indonesia dan Thailand. Namun, Thailand lebih punya scheduling yang ketat dan efektif. Mereka juga proaktif kasih lihat preview film yang sedang mereka garap. Kalau orang kita ini masih sering molor dari segi waktu. Bila tidak ditagih, mereka jarang proaktif kasih lihat preview-nya," ungkap Yogi.
Dengan mengungkapkan hal tersebut, Yogi berharap agar Indonesia dapat lebih mengoptimalkan kemampuan dan disiplin waktunya. "Sebetulnya, lebih nyaman bila berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang sendiri—ini tidak terpungkiri. Kalau di Indonesia saja kita sudah bisa dapat kualitas dan, tentu saja, servis yang bagus, mengapa harus jauh-jauh ke Bangkok? Seharusnya, ini bisa jadi motivasi untuk berbenah diri. Ayo, berjuang bersama-sama untuk realisasikan film yang sepenuhnya dari, untuk, dan bagi Indonesia," tegasnya.
3. Mencetak DCP, apa maksudnya?

Nantinya, tanggung jawab preview final akan diserahkan kepada Manager Post Production. Baru setelah itu, Yogi menjelaskan, "Langkah selanjutnya adalah mencetak DCP. DCP sendiri merupakan singkatan dari Digital Cinema Package, standar format untuk penayangan film atau video di bioskop digital. Isinya kumpulan file digital yang digunakan untuk menyimpan dan menyampaikan gambar, suara sinema digital, dan stream data. DCP ini nanti akan didistribusikan ke bioskop-bioskop di Indonesia untuk ditayangkan."
"Namun, perlu diingat bahwa sebelum film tayang di bioskop, kita, 'kan, biasa adakan gala premier terlebih dulu. Untuk ini, akan ada tim publicist yang merancang semua promo, strategi, menentukan siapa saja tamunya. Sebetulnya, hal-hal yang baru saja saya sebutkan ini tetap menjadi tanggung jawab produser, tapi ia diperbantukan oleh publicist, marketing. Laporannya seperti apa akan mereka monitor terus-menerus."
4. Beberapa hal harus dilakukan secara mendadak
Bila semua sudah siap, Yogi mengatakan, "Tinggal tunggu hari penghakimannya, yaitu hari penayangan film di bioskop. Pada hari-hari awal penayangan, kita harus gencar lakukan evaluasi di bidang promosi. Apakah strategi promosi kita 'termakan' oleh target pasar kita? Campaign mana yang jalan, kita optimalkan. Campaign mana yang kurang efektif, kita ganti. Di fase ini, kita juga akan banyak komunikasi dengan pihak layar lebarnya. Mereka akan sediakan data jumlah penonton yang datang, sehingga kita bisa ambil kebijakan-kebijakan dadakan, menyesuaikan permintaan di pasar."
Dunia perfilman, bagi Yogi, adalah dunia penuh fleksibilitas. "Tidak ada yang paten atau eksak di dunia perfilman. Semuanya harus dilakukan sesuai dengan kondisi pasar. Membuat film adalah suatu hal yang perlu dilakukan dengan kesungguhan hati. Oleh karenanya, setiap langkah kecil yang diambil akan sangat berarti. Contoh, pemilihan pemain, bagaimana perilaku fans mereka, alur cerita, akhir cerita, promosi," terangnya memberi kesimpulan di penghujung wawancara tersebut.