Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BI: Dampak Penurunan Suku Bunga ke Ekonomi Butuh Waktu 1,5 Tahun

ilustrasi grafik pertumbuhan ekonomi (pexels.com/Monstera)
Intinya sih...
  • Suku bunga BI Rate dipangkas 2 kali pada 2025, saat ini berada pada level 5,5 persen.
  • Penurunan BI Rate turunkan suku bunga IndONIA dan SRBI, namun suku bunga perbankan masih tinggi.

Jakarta, IDN Times - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Solikin M. Juhro mengungkapkan, dampak penurunan suku bunga acuan atau BI Rate terhadap perekonomian nasional membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun.

Sementara transmisi suku bunga ke pasar uang membutuhkan waktu relatif lebih pendek. Adapun transmisi ke suku bunga dana membutuhkan waktu sekitar enam bulan, sedangkan ke suku bunga kredit sekitar 1 tahun.

"(Transmisi) ke suku bunga pasar uang itu biasanya lebih pendek sekitar 2-3 bulan. Kemudian ke suku bunga dana 6 bulan, ke suku bunga kredit itu nanti sekitar 1 tahun, ke ekonomi itu sekitar 1,5 tahun," kata dia dalam Taklimat Media di Jakarta, dikutip dari ANTARA, Senin (26/5/2025).

1. BI rate dipangkas dua kali sepanjang tahun ini

ilustrasi suku bunga (freepik.com/rawpixel.com)

BI rate sepanjang tahun ini telah dipangkas sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 basis point (bps) pada Januari 2025 dan Mei 2025. BI rate saat ini berada pada level 5,5 persen.

Sejalan dengan penurunan BI rate pada Januari 2025, berdasarkan catatan BI, suku bunga IndONIA terus menurun menjadi 5,77 persen pada 20 Mei 2025 dari sebelumnya 6,03 persen pada awal Januari 2025. IndONIA adalah indeks suku bunga atas transaksi pinjam-meminjamkan rupiah tanpa agunan yang dilakukan antarbank untuk jangka waktu overnight di Indonesia.

Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada 16 Mei 2025 juga menurun, dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,40 persen; 6,44 persen; dan 6,47 persen. Sementara imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96 persen menjadi 6,16 persen, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98 persen menjadi 6,84 persen.

2. Suku bunga perbankan masih tinggi

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Adapun suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi, di mana suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83 persen per April 2025. Angka ini meningkat dibanding awal Januari 2025 sebesar 4,81 persen.

Begitu juga dengan suku bunga kredit perbankan pun masih relatif tinggi, yaitu sebesar 9,19 persen pada April 2025. Lebih tinggi dari posisi awal Januari 2025 sebesar 9,20 persen.

3. BI optimalkan instrumen RPLN

Foto bank Indonesia (instagram.com/labamu_id)

BI melalui kebijakan makroprudensial mengoptimalkan instrumen rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dalam rangka mendorong pertumbuhan kredit. RPLN ditingkatkan dari maksimum 30 persen menjadi 35 persen dari modal bank.

Solikin mengatakan, dari sisi makro, dampak kebijakan RPLN ini baru akan berdampak kepada perekonomian sekitar 1-2 tahun. Namun, RPLN yang berlaku sejak 1 Juni 2025 akan dimanfaatkan perbankan secara langsung terutama bagi bank-bank yang sudah memiliki pipeline untuk mendapatkan pendanaan luar negeri.

“Yang jelas dengan adanya RPLN, ini tentunya kita expect dia (perbankan) pasti akan meningkatkan ruang pendanaan dari luar negeri," ujar Solikin.

Selain RPLN, BI juga menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 bps dari 5 persen menjadi 4 persen untuk Bank Umum Konvensional (BUK), dengan fleksibilitas repo sebesar 4 persen.

Sementara rasio PLM syariah diturunkan sebesar 100 bps dari 3,5 persen menjadi 2,5 persen untuk Bank Umum Syariah (BUS), dengan fleksibilitas repo sebesar 2,5 persen. Penurunan rasio PLM ini juga ditujukan untuk memberikan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us