Suku Bunga Turun, Peluang Emas di Pasar Obligasi Menanti Investor

- Penurunan suku bunga BI menjadi 5,5 persen menciptakan peluang menarik di pasar obligasi bagi investor deposito.
- Obligasi yang masih beredar menawarkan tingkat kupon tetap lebih tinggi dibanding yang baru, sehingga harga obligasi lama naik.
- Bank Indonesia telah membeli Surat Berharga Negara senilai Rp96,41 triliun untuk ekspansi likuiditas dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Jakarta, IDN Times - Head of IPOT Fund & Bond, Dody Mardiansyah menjelaskan, penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen menciptakan peluang menarik di pasar obligasi, khususnya bagi investor yang sebelumnya menempatkan dananya di deposito.
Obligasi yang telah diterbitkan dan masih beredar di pasar sekunder umumnya menawarkan tingkat kupon tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi baru yang akan terbit di tengah tren suku bunga yang menurun.
“Ketika suku bunga turun, harga obligasi lama akan naik karena investor bersedia membayar lebih mahal untuk mendapatkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dari kupon tetap tersebut. Hal ini terjadi sebagai bentuk penyesuaian pasar agar yield obligasi lama selaras dengan suku bunga acuan yang baru,” kata Dody dalam keterangan tertulis, Jumat (23/5/2025).
1. Investor deposito bisa beralih ke obligasi

Ia menambahkan, kondisi ini menjadi momentum strategis bagi investor deposito untuk beralih ke obligasi.
“Dengan bunga deposito yang cenderung turun mengikuti BI Rate, banyak investor mulai melirik instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi. Permintaan meningkat, harga obligasi naik, dan investor bisa menikmati capital gain selain kupon yang tetap,” ujarnya.
2. BI sudah beli SBN Rp96,41 triliun hingga 20 Mei

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp96,41 triliun hingga 20 Mei 2025.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, ekspansi likuiditas dilakukan karena berkaitan dengan tugas stabilisasi, melalui intervensi dengan menjual devisa dan menarik pasokan rupiah.
“Dalam kaitan itu, BI perlu melakukan pembelian SBN supaya rupiah kembali ke sistem keuangan,” kata dia, Rabu (21/5).
3. Rincian pembelian SBN

Total pembelian SBN tersebut dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp64,99 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk yang berbasis syariah, sebesar Rp31,42 triliun.
"Pembelian SBN di pasar sekunder dilakukan untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter serta mencerminkan sinergi yang erat antara kebijakan moneter dan fiskal pemerintah,” ujar Perry.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter yang pro-pasar guna meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.