Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Agustus 2021 (dok. Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan kembali mempertahankan suku bunga acuan atau 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di angka 3,5 persen.

Selain itu, RDG BI juga memutuskan mempertahankan suku bunga deposit facility yang tetap dipertahankan di angka 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,25 persen.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 dan 16 Desember 2021 memutuskan mempertahankan BI Seven Days Reverse Repo Rate sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap 4,25 persen,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, Kamis (16/12/2021).

1. Dasar BI mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen

Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Kantor Pusat BI (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Perry menambahkan, keputusan tersebut sejalan dengan diperlukannya penjagaan terhadap stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya mendukung pertumbuhan ekonomi.

Di samping itu, BI juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut.

Hal tersebut dilakukan dengan berbagai langkah termasuk menegaskan arah bauran kebijakan BI pada 2022 seperti yang disampaikan dalam Pertemuan Tahunan BI pada 24 November silam.

"Kebijakan moneter tahun 2022 akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas, sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ucap Perry.

2. Pertumbuhan ekonomi global sesuai prediksi

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, Perry menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global saat ini sesuai dengan perkiraan BI dan bakal berlanjut pada 2022 mendatang. Meski begitu, ekonomi global masih tetap dibayangi gangguan rantai pasok dan kenaikan kasus COVID-19.

Secara luas, Perry menilai bahwa pertumbuhan ekonomi global akan lebih seimbang kendati masih dihadapkan berbagai permasalahan tersebut.

"Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berlangsung lebih seimbang, tidak hanya bertumpu pada pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, namun juga disertai dengan perbaikan ekonomi Eropa, Jepang, dan India," ujar dia.

Adapun perkembangan tersebut didorong oleh akselerasi tingkat vaksinasi, stimulus kebijakan, dan pemulihan kegiatan usaha secara bertahap.

3. Pemulihan ekonomi domestik masih akan berlanjut tahun depan

Ilustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang sesuai prediksi, Perry turut meyakini proses pemulihan ekonomi domestik bakal terus berlanjut dan akan mengalami peningkatan lebih tinggi tahun depan.

Hal itu dimulai dengan pertumbuhan ekonomi triwulan-IV yang digadang-gadang bisa mengalami perbaikan. Optimisme itu muncul seiring dengan meningkatnya mobilitas pasca langkah-langkah penanganan yang ditempuh pemerintah dalam pengendalian varian delta.

Kinerja konsumsi swasta, investasi, dan konsumsi pemerintah diperkirakan terus meningkat di tengah tetap terjaganya kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja lapangan usaha utama, antara lain Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan yang juga diprediksi tetap baik.

"Sejumlah indikator hingga Desember 2021 menunjukkan proses pemulihan yang berlanjut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di berbagai daerah, kenaikan penjualan eceran, penguatan keyakinan konsumen, serta ekspansi PMI Manufaktur. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0 persen," tutur Perry.

Editorial Team