Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Suku Bunga Acuan Masih Rendah, BI Pertimbangkan Exit Policy Akhir 2022

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo (dok. Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan rendah, yakni di level 3,5 persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pihaknya baru akan mempertimbangkan exit policy, yakni kenaikan suku bunga di akhir 2022.

"Sedikit-sedikit baru kemudian paling cepat akhir tahun depan memikirkan kenaikan suku bunga," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa (24/8/2021).

Suku bunga 3,5 persen adalah suku bunga terendah dalam sejarah. BI telah mempertahankan suku bunga acuan di 3,5 persen sejak Februari 2021 lalu.

1. BI juga akan mempertimbangkan pengurangan injeksi likuiditas akhir 2022

Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan, BI juga akan mempertimbangkan pengurangan likuiditas di pasar mulai akhir 2022. 

Meski begitu, menurut Perry hal tersebut tak akan menghambat pemulihan ekonomi, maupun pemulihan kredit perbankan. Pasalnya, BI melihat tingkat likuiditas di perbankan cukup besar dengan rasio alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 34 persen.

"Rencana exit policy tahun depan oleh BI. Mulai pengurangan likuiditas sedikit-sedikit. Ingat likuiditas kita besar sekali, alat likuid terhadap DPK adalah 34 persen. Kalau kami kurangi sedikit tidak akan mempengaruhi sama sekali pemulihan ekonomi dan kredit," ucap dia.

Sebagai informasi, per 16 Agustus lalu, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing/QE) di perbankan sebesar Rp114,15 triliun.

2. BI sudah siapkan jurus hadapi tapering The Fed

Ilustrasi dolar AS (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Tak hanya itu, Perry memastikan pihaknya sudah menyiapkan beberapa hal untuk menghadapi tapering The Fed yang dikabarkan akan mulai dilakukan akhir tahun ini.
Adapun terkait kemungkinan tingkat inflasi naik menurutnya terjadi di 2023, bukan di 2021 atau 2022.

"Kalau terjadi nanti 2023 akan ada kenaikan-kenaikan inflasi. Dalam berbagai hal saya sudah sampaikan bagaimana rencana BI untuk antisipasi tapering dan inflasi," ujar Perry.

3. BI masih terapkan kebijakan moneter untuk memulihkan ekonomi

ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Secara keseluruhan, dia memastikan saat ini pihaknya masih akan terus mempertahankan kebijakan untuk pemulihan ekonomi dari dampak COVID-19.

"Kami bisa tegaskan bahwa apapun yang kami lakukan tetap untuk stabilitas, untuk pertumbuhan, tidak mempengaruhi kemampuan kita untuk memulihkan ekonomi," tutur dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us