Pesawat Boeing 737-8 MAX milik Air China dengan nomor registrasi B-1223. (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Berkas ini dilisensikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa 2.0 Generik, via Wikimedia Commons)
Perundingan ini berlangsung di tengah pergantian pimpinan Boeing di China, setelah Alvin Liu mengundurkan diri dan digantikan Carol Shen sebagai presiden interim. Meski penuh rintangan, potensi kesepakatan dengan China disebut akan memberi dorongan besar bagi Boeing. Saham perusahaan bahkan sempat naik 3,7 persen dalam perdagangan pra-pasar Kamis (21/8/2025), meski kemudian stabil dengan kenaikan tipis 0,2 persen pada pukul 11.20 waktu setempat.
Saat ditanya mengenai laporan kesepakatan, Boeing menyampaikan pernyataan resmi kepada Agence France-Presse.
“Kami tidak mengomentari spekulasi,” kata perusahaan itu, dikutip dari Free Malaysia Today.
Pernyataan singkat ini mencerminkan sikap hati-hati Boeing dalam menghadapi isu sensitif.
Pada Juli lalu, Boeing melaporkan kerugian kuartal II yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya serta jumlah pengiriman pesawat tertinggi sejak 2018. Namun, masalah kualitas masih menghantui setelah panel badan pesawat 737 MAX nyaris terlepas pada Januari 2024, menyusul dua kecelakaan fatal model yang sama pada 2018 dan 2019. Di sisi lain, Boeing juga mencatat keberhasilan dengan pesanan 96 miliar dolar AS (setara Rp1,56 kuadriliun) dari Qatar Airways, serta komitmen Jepang membeli 100 pesawat dan Indonesia 50 unit dalam perjanjian dagang untuk menghindari tarif lebih berat.