ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, menambahkan saat BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin (bps) sejak awal 2025, penurunan suku bunga kredit perbankan masih relatif lambat.
“Suku bunga kredit perbankan baru turun 15 bps, dari 9,20 persen di awal 2025 menjadi 9,05 persen pada September 2025. Penurunan ini masih sangat terbatas,” ujar Aida.
Ia menjelaskan bahwa penurunan suku bunga instrumen pasar uang lainnya justru lebih signifikan:
Suku bunga INDONIA turun 204 bps dari 6,03 persen menjadi 3,99 persen (per 21 Oktober 2025)
Suku bunga Sekuritas Rupiah BI (SRBI) tenor 6, 9, dan 12 bulan turun masing-masing 251 bps, 254 bps, dan 257 bps
Imbal hasil SBN tenor 2 tahun turun 218 bps dari 6,96 persen menjadi 4,78 persen
Imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 132 bps dari 7,26 persen menjadi 5,94 persen
Namun, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 29 bps dari 4,81 persen ke 4,52 persen. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya pemberian special rate kepada deposan besar, yang porsinya mencapai 26 persen dari total DPK.
Dengan tren penurunan suku bunga pasar uang yang signifikan, BI berharap perbankan segera merespons dengan menyesuaikan suku bunga kreditnya. Hal ini dinilai krusial agar transmisi kebijakan moneter berjalan lebih efektif dan berdampak langsung pada sektor riil.
“Penurunan di sisi pasar uang sudah sangat signifikan. Sekarang tantangannya ada di sektor perbankan agar menyesuaikan suku bunga kredit lebih cepat,” ucap Aida.