Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bos BI Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kondisi Ekonomi terkini (Tangkapan Layar Bank Indonesia)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan kondisi Ekonomi terkini (Tangkapan Layar Bank Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Perang antara Rusia dan Ukraina resmi terjadi setelah Presiden Vladimir Putin meluncurkan pasukan militernya ke Ukraina Timur per hari ini (24/2/2022). Konflik Rusia dan Ukraina yang kian memanas juga diprediksi memberikan dampak terhadap pasar keuangan global dan Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam Forum Pemimpin Redaksi Media Massa pada Rabu (23/2/2022) menjelaskan pemulihan ekonomi global dan juga domestik akan terpengaruh oleh tensi geopolitik hingga kebijakan suku bunga The Fed.

Berkaitan dengan hal tersebut, International Monetery Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global bakal melambat ke angka 4,4 persen pada tahun ini. Selain itu, aliran modal asing ke negara berkembang seperti Indonesia juga akan sedikit mengalami gangguan.

"IMF sudah merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global mempertimbangkan tensi geopolitik dan juga meningkatkan varian baru COVID-19, Omicron," ujar Perry.

1. Tensi geopolitik Rusia-Ukraina tidak berdampak signifikan terhadap ekspor Indonesia

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat)

Kendati begitu, Perry menerangkan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak akan memberikan dampak yang terlalu signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Hal itu lantaran ekspor Indonesia yang berbasis komoditas. Oleh karena itu, Perry optimistis pertumbuhan Indonesia bisa berada pada kisaran 4,7 hingga 5,5 persen pada tahun ini.

"Hilirisasi komoditas jadi value add ekspor tetap baik dan mendukung sumber pertumbuhan ekonomi sisi ekspor. Jadi, kesimpulannya kami masih pertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7 hingga 5,5 persen," tutur dia.

2. Tensi geopolitik belum membuat BI mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Perry juga menjelaskan tensi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina belum akan membuat BI mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini.

"Kemudian penilaian risiko kami masih tetap seimbang, kecenderungan pertumbuhan ekonomi di titik tengah 5,1 persen. Sehingga, kami belum melihat ada suatu alasan, justifikasi, atau keperluan, untuk merevisi titik tengah," katanya.

3. Rupiah hari ini anjlok di tengah perang Rusia-Ukraina

Ilustrasi Kurs Rupiah. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Kurs Rupiah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Perang Rusia-Ukraina yang terjadi hari ini cukup berdampak terhadap pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan pagi tadi, kurs rupiah dibuka melemah 20 poin ke level Rp14.357 per dolar AS. Pelemahan itu terus berlanjut hingga penutupan perdagangan sore ini.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah anjlok 54 poin atau 0,37 persen ke level Rp14.391 per dolar AS pada penutupan perdagangan sore ini.

Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan, dolar AS hari menguat terhadap rupiah dan mata uang lainnya pasca Ukraina mengumumkan keadaan darurat dan tindakan Rusia yang mengirim pasukan ke Ukraina Timur.

"Separatis di Donbass, Ukraina, meminta bantuan Rusia dalam memukul mundur agresi pada Rabu. Ukraina menanggapi dengan mengumumkan wajib militer dan keadaan darurat," kata Ibrahim, dalam keterangan tertulis, Kamis sore.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us