Rincian komponen inflasi berdasarkan komponen. (IDN Times/Triyan).
Habibullah menjelaskan, inflasi bulanan ini utamanya didorong oleh komponen inti yang mencatatkan inflasi sebesar 0,18 persen, memberikan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,11 persen.
Komoditas yang dominan dalam mendorong inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah di akademi atau perguruan tinggi. Kedua komoditas ini memiliki kontribusi signifikan terhadap inflasi bulanan pada bulan September.
Selain itu, komponen harga yang diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,06 persen, dengan andil 0,01 persen terhadap inflasi nasional. Dalam komponen ini, sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) tercatat sebagai komoditas yang dominan memberikan andil inflasi.
"Komponen harga bergejolak, yang dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan pangan, tercatat mengalami inflasi sebesar 0,52 persen, dengan andil 0,09 persen terhadap inflasi nasional. Komoditas utama yang memicu inflasi pada kelompok ini adalah cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau," tuturnya.
Dalam hal sebaran inflasi antarwilayah, 24 provinsi di Indonesia tercatat mengalami inflasi, sementara 14 provinsi lainnya mengalami deflasi. Provinsi Riau mencatatkan inflasi tertinggi dengan angka 1,11 persen, sementara Papua Selatan mengalami deflasi terdalam sebesar 1,08 persen.
Secara keseluruhan, inflasi bulanan pada September 2025 menunjukkan adanya ketidakmerataan pengaruh inflasi di berbagai wilayah di Indonesia, dengan beberapa daerah mengalami tekanan harga yang lebih tinggi daripada yang lainnya.