Cara AI Dongkrak Ekonomi di Negara Berkembang, Sudah Tahu?

Intinya sih...
Pengembang aplikasi dan startup memanfaatkan AI untuk menciptakan solusi yang relevan dan berdampak tinggi bagi masyarakat.
Warga memanfaatkan AI untuk mencari informasi, berbelanja daring, serta menyunting foto dan video.
Jakarta, IDN Times – Kecerdasan buatan (AI) mulai membentuk ulang struktur ekonomi di negara berkembang Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Populasi muda yang melek teknologi serta berkembangnya infrastruktur digital mendorong pesatnya adopsi platform AI generatif seperti ChatGPT.
Berdasarkan data OpenAI, pengguna aktif mingguan ChatGPT di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam setahun dan kini masuk lima besar global. AI telah terintegrasi ke berbagai sektor, mulai dari bisnis, pendidikan, industri kreatif, hingga keputusan individu.
Teknologi tersebut dimanfaatkan untuk menjawab tantangan akses pendidikan dan layanan kesehatan, serta memperluas akses informasi, mengotomatisasi tugas harian, dan mempercepat literasi digital.
Pemanfaatan AI turut mendorong produktivitas dan membuka peluang ekonomi baru di sektor pendidikan dan UMKM, seperti pembelajaran adaptif, pembuatan konten cepat, hingga peningkatan keterlibatan pelanggan.
Dalam diskusi yang digelar East Ventures bersama OpenAI, dibahas strategi penggunaan AI sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi lokal yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
1. AI lokal dorong solusi relevan di berbagai sektor
Meskipun infrastruktur utama dari model dasar AI seperti Large Language Models (LLM) masih dikembangkan oleh pemain global, dampak teknologi tersebut menjadi signifikan saat disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Di pasar seperti Indonesia, pengembang aplikasi dan pelaku startup memiliki peluang besar memanfaatkan platform global untuk menciptakan solusi yang relevan dan berdampak tinggi bagi masyarakat.
Seiring dengan makin terjangkaunya teknologi AI, inovasi lokal berfokus pada penyelesaian masalah yang berakar dari konteks budaya, geografis, dan ekonomi setempat. Sejumlah perusahaan dalam portofolio East Ventures, termasuk Nexmedis, Ruangguru, Meeting.ai, Tictag, GENEXYZ, dan bythen, telah mengadopsi teknologi AI guna merespons tantangan spesifik di sektor masing-masing.
“Sektor pendidikan adalah salah satu peluang yang sangat menjanjikan,” kata Chief Economist OpenAI, Aaron “Ronnie” Chatterji, Ph.D.
Di bidang pendidikan, AI digunakan untuk menjangkau pelajar yang kesulitan mengakses layanan belajar berkualitas, terutama di daerah pedesaan. Teknologi generatif memungkinkan bimbingan belajar yang dipersonalisasi, konten adaptif, serta dukungan bahasa yang sesuai dengan keragaman Indonesia.
Inisiatif seperti Ruangguru telah menggabungkan metode belajar mandiri, pengajaran langsung, dan fitur AI dalam jangkauan nasional melalui pusat pembelajaran hybrid di lebih dari 120 kota. Menurut laporan East Ventures Sustainability Report 2025, lebih dari 45 juta pengguna telah terlayani, sebagian besar di luar kota besar.
2. AI semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari warga Indonesia
Pemanfaatan kecerdasan buatan di Indonesia telah menjadi bagian dari rutinitas harian masyarakat. Warga memanfaatkan AI untuk mencari informasi, berbelanja daring, serta menyunting foto dan video. Berdasarkan survei Katadata Insight Center, teknologi tersebut terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan membantu pengambilan keputusan melalui pemrosesan data secara cepat, yang berkontribusi pada percepatan pertumbuhan bisnis dan ekonomi digital.
Di tengah tren ini, startup memiliki peluang besar untuk mengembangkan aplikasi berbasis AI yang relevan dengan konteks lokal. Pengguna kini mencari solusi yang sesuai dengan budaya, bahasa, dan nilai-nilai setempat. Oleh karena itu, aplikasi tidak hanya sebatas tampilan, tetapi juga mampu menyajikan konten yang sesuai, komunikasi yang kontekstual, serta terhubung dengan data dan regulasi domestik.
“Meskipun perhatian sering tertuju pada OpenAI dan pengembang aplikasi model dasar, peluang paling signifikan justru ada di hilir (downstream), yaitu pada penggunaan AI yang spesifik pada sektor tertentu seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, energi, dan ritel. Solusi yang dipersonalisasi ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan banyak perusahaan sukses di masa depan,” papar Ronnie.
Di sektor kesehatan, perusahaan portofolio seperti Nexmedis mengembangkan Sistem Informasi Manajemen berbasis AI untuk mempercepat diagnosis, memberikan edukasi pasien, serta mengurangi beban administratif. Sistem itu telah diterapkan di lebih dari 80 kota dan kabupaten, dengan mayoritas berada di wilayah terpencil, dan berhasil memangkas hingga 90 persen pekerjaan administratif manual.
Di bidang ritel, solusi AI juga terus berkembang. GENEXYZ memanfaatkan teknologi metahuman untuk menciptakan virtual influencer yang dapat disesuaikan dengan budaya lokal, memperkuat strategi pemasaran brand. Sementara itu, bythen menciptakan karakter digital yang memungkinkan pengguna menjadi kreator konten virtual dan menghadirkan persona digital yang interaktif dalam berbagai platform.
Pendekatan-pendekatan tersebut menunjukkan kemampuan mengadaptasi teknologi global ke dalam konteks lokal bukan hanya relevan, tetapi juga menjadi keunggulan strategis. Para inovator di pasar negara berkembang seperti Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk membangun solusi yang berdampak luas dan berkelanjutan.
3. Kolaborasi jadi kunci siapkan talenta AI di Indonesia
Pertumbuhan AI di pasar negara berkembang turut membuka peluang efisiensi di berbagai lini, mulai dari percepatan alur kerja hingga pengurangan biaya operasional. Namun, untuk mengoptimalkan potensi tersebut, kesiapan sumber daya manusia menjadi faktor penting yang harus diperkuat sejak awal.
Ronnie menekankan pentingnya kolaborasi antara manusia dan teknologi dalam membentuk keterampilan esensial yang tidak bisa digantikan mesin. Kecakapan seperti kreativitas, kecerdasan emosional, etika berpikir, dan kemampuan kerja sama menjadi fondasi bagi kemajuan sektor-sektor strategis seperti pendidikan, kesehatan, dan usaha kecil.
“Untuk memaksimalkan potensi AI, kita harus bekerja sama dengan masyarakat, pebisnis, dan pemerintah di seluruh dunia agar hal ini benar-benar terwujud," ujarnya.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, East Ventures membentuk IndoBuild AI, sebuah wadah kolaborasi dan pembelajaran bagi para inovator teknologi untuk mengatasi tantangan nyata di Indonesia, bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah.
Dalam konteks pasar negara berkembang, strategi pemanfaatan AI perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal. Biaya tenaga kerja yang relatif rendah dan keterbatasan infrastruktur komputasi menjadi faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan investasi, pembangunan pusat data, dan penyusunan kebijakan untuk mendorong inklusi digital.
East Ventures sebagai perusahaan modal ventura turut mendorong adopsi AI sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pendekatan yang tepat, AI tidak hanya mendorong efisiensi bisnis, tetapi juga memperluas dampak ekonomi digital secara merata di seluruh wilayah Indonesia.