Pengertian dan Manfaat Nisbah Likuiditas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika ingin mengetahui kemampuan dari suatu perusahaan, bank, maupun peminjam dalam memenuhi kewajiban atau utang, kamu bisa menggunakan perhitungan nisbah likuiditas ini. Biasanya kewajiban atau utang yang harus dibayar dalam nisbah likuiditas ini besifat jangka pendek atau kurang dari 1 tahun.
Semakin tinggi likuiditas dari sebuah perusahaan, maka risiko yang dialami akan semakin kecil. Untuk lebih lengkapnya, baca definisi, manfaat, dan cara menghitungnya pada artikel ini, yuk!
1. Pengertian nisbah likuiditas
Nisbah likuiditas adalah rasio yang dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan lembaga usaha maupun peminjam dalam memenuhi kewajiban atau utang jangka pendek. Perhitungan ini sendiri dilakukan dengan membagi aktiva lancar dan hutang lancar sebuah perusahaan.
Dalam perhitungan tersebut, aktiva lancar merupakan aset, harta, maupun uang kas yang dapat diganti menjadi uang tunai dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Aktiva lancar sendiri terdiri dari investasi, piutang dagang, piutang wesel, piutang penghasilan, persekot, dan penghasilan.
Sedangkan hutang lancar merupakan hutang dengan harapan dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun. Kelompok hutang lancar terdiri dari hutang pajak penjualan, hutang wesel, dan pendapatan yang diterima di muka.
Baca Juga: Mengenal Nisbah Jumlah Modal untuk Perusahaan
2. Cara menghitung nisbah likuiditas
Dalam menghitung nisbah likuiditas, terdapat dua rumus yang bisa kamu gunakan, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Keduanya memiliki rumus yang sama, yaitu aset lancar dibagi dengan utang lancar. Namun, pada rasio cepat, inventaris perusahaan tidak turut disertakan.
Berikut contoh dari masing-masing perhitungan:
- Rasio cepat (quick ratio)
Rasio cepat = (aset lancar - inventaris) : utang lancar
Contoh:
Perusahaan H memiliki aset lancar sebesar Rp60 juta. Inventaris perusahaan sebesar Rp30 juta. Sedangkan utang jangka pendek dari perusahaan H adalah sebesar Rp25 juta. Berapa rasio cepat dari perusahaan H?
Editor’s picks
Rasio cepat = (Rp60 juta - Rp30 juta) : Rp25 juta
Rasio cepat = Rp30 juta : Rp25 juta
Rasio cepat = 1,2 kali atau 120 persen
- Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar = aset lancar : utang lancar
Contoh:
Perusahaan H memiliki aset lancar sebesar Rp150 juta. Sedangkan utang jangka pendeknya sebesar Rp 90 juta. Berapa rasio lancar dari perusahaan H?
Rasio lancar = Rp150 juta : Rp90 juta
Rasio lancar = 1,7 kali atau 170 persen
Bila nilai rasio yang dihasilkan lebih dari 1,0 kali, berarti perusahaan tersebut dapat melunasi hutangnya dengan baik. Namun, jika hasilnya di atas 3,0 kali, bisa jadi perusahaan tersebut tidak mampu mengelola uangnya dengan baik.
3. Manfaat perhitungan nisbah likuiditas
Apa manfaat yang akan perusahaan atau lembaga keuangan peroleh jika menggunakan perhitungan nisbah likuiditas? Pertama, mereka dapat mengantisipasi dana yang dibutuhkan ketika ada keperluan yang sangat darurat atau mendesak.
Artinya, kebutuhan yang mendesak tetap dapat ditangani dengan baik karena sudah ada dana yang menjamin. Perusahaan dapat berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang tidak terduga.
Selain itu, perhitungan ini menjadi poin penentu bagi sebuah badan usaha untuk mendapatkan persetujuan investasi atau bisnis. Dengan begitu, kegiatan berinvestasi menjadi lebih mudah dan dapat berjalan dengan semestinya.
Baca Juga: Apa Itu Nisbah Laba Bersih Terhadap Modal Bersih
Dalam menghitung nisbah likuiditas ini tentunya kamu bisa menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban atau utang jangka pendeknya. Ini menjadi salah satu perhitungan yang penting untuk dipahami.