Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bus Sahaalah (Dok Pinterest)

Intinya sih...

  • Haji Haryanto, dulunya sopir angkot, kini sukses dengan lebih dari 300 unit bus PO Haryanto.
  • Wibisono, pemilik PO Karya Jasa, beralih dari bisnis truk ke bisnis otobus dan kini memiliki sekitar 100 unit bus.

Jakarta, IDN Times - Industri transportasi darat di Indonesia terus berkembang pesat, salah satunya berkat perusahaan otobus (PO) yang menyediakan layanan perjalanan antar kota hingga pariwisata. Di balik kesuksesan beberapa PO ternama, ternyata banyak pemiliknya yang memulai karier mereka dari bawah, bahkan sebagai sopir atau kondektur.

Siapa sajakah mereka? Berikut adalah kisah inspiratif empat pemilik PO bus yang dulunya seorang sopir sebelum sukses mengembangkan bisnis mereka menjadi besar seperti sekarang.

1. Haji Haryanto - PO Haryanto

Haji Haryanto adalah sosok yang inspiratif di dunia transportasi. Sebelum sukses mendirikan PO Haryanto, ia memulai kariernya sebagai sopir angkot sejak tahun 1984. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, karena meskipun ia merupakan anggota TNI, gajinya saat itu belum cukup untuk menutupi semua pengeluaran keluarga.

Dengan semangat dan kerja keras, Haryanto menabung hasil kerja sampingannya sebagai sopir angkot hingga akhirnya memutuskan pensiun dari dunia militer pada awal 2000-an. Dengan modal dari hasil menjual angkotnya, ia membeli lima unit bus dan mendirikan PO Haryanto.

Kini, PO Haryanto telah memiliki lebih dari 300 unit bus dan mempekerjakan ribuan karyawan. Layanannya dikenal luas, terutama di jalur bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

2. Wibisono - PO Karya Jasa

Wibisono awalnya merupakan pemilik usaha truk yang harus mengemudikan kendaraannya sendiri karena keterbatasan biaya untuk menggaji sopir. Namun, ia melihat bahwa bisnis truk semakin sulit berkembang akibat meningkatnya persaingan dan mulai berpikir untuk mencari peluang baru di sektor transportasi.

Dengan tekad yang kuat, Wibisono akhirnya beralih ke bisnis otobus dan memulai PO Karya Jasa dengan beberapa unit bus bekas. Meskipun modalnya terbatas, ia tetap berusaha memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.

Berkat dedikasi dan strategi bisnis yang matang, PO Karya Jasa berkembang pesat hingga kini memiliki sekitar 100 unit bus yang melayani berbagai tujuan, terutama untuk kebutuhan pariwisata.

3. Nur Salim - PO Sahaalah

Nur Salim memulai perjalanan kariernya sebagai sopir truk di perusahaan transportasi angkutan barang PT Muji Jaya Putra Mandiri. Berkat pengalamannya di industri ini, ia memahami dengan baik cara mengelola kendaraan, merawat mesin, hingga manajemen perusahaan.

Suatu hari, pemilik perusahaan tempatnya bekerja melihat potensinya dan meminta Nur Salim untuk menjalankan bisnis PO bus. Sebelum memulai, Nur Salim melakukan studi banding ke beberapa perusahaan otobus untuk memahami cara mengelola bisnis transportasi penumpang.

Dari situlah ia mendapatkan wawasan yang akhirnya menjadi bekal kuat dalam membangun PO Sahaalah. Kini, PO Sahaalah dikenal sebagai salah satu perusahaan otobus yang berkembang pesat dan memiliki layanan yang kompetitif.

4. Daftar pemilik PO bus yang berawal dari sopir

potret sleeper bus Rosalia Indah (instagram.com/rioondok)

Selain ketiga nama di atas, ada beberapa pemilik PO bus lain yang juga memulai perjalanan mereka sebagai sopir atau kondektur sebelum berhasil membangun bisnisnya. Berikut beberapa di antaranya:

  • Yustinus Soeroso & Yustina Rahyuni (PO Rosalia Indah) – Sebelum mendirikan PO Rosalia Indah pada 1983, Yustinus Soeroso bekerja sebagai kondektur selama hampir 11 tahun.
  • Sutikno (PO Putra Remaja) – Memulai karier sebagai kondektur di PO Ramayana sebelum akhirnya mengambil alih PO Remaja Express dan mengembangkan bisnisnya.
  • Wibisono (PO Karya Jasa) – Awalnya seorang pengemudi truk sebelum akhirnya mendirikan bisnis otobus.
  • Haji Haryanto (PO Haryanto) – Memulai dari sopir angkot hingga kini memiliki lebih dari 300 unit bus.
  • Nur Salim (PO Sahaalah) – Berpengalaman sebagai sopir truk sebelum akhirnya mendirikan PO Sahaalah.

Editorial Team