Del Monte Ajukan Kepailitan Gara-Gara Terlilit Utang

Intinya sih...
Del Monte ajukan Bab 11 sebagai strategi pemulihan bisnis
Utang jumbo dan konflik kreditur jadi pemicu pailit
Operasional dan distribusi tetap berjalan selama proses hukum
Jakarta, IDN Times - Perusahaan makanan legendaris asal Amerika Serikat, Del Monte Foods, resmi mengajukan permohonan pailit pada awal Juli 2025. Langkah ini diambil menyusul beban utang yang menghimpit operasional perusahaan selama setahun terakhir.
Del Monte, yang dikenal luas dengan produk buah kaleng, sayuran, kaldu, dan teh, kini tengah menjalani proses penjualan aset di bawah pengawasan pengadilan. Meski begitu, sejumlah aktivitas bisnisnya tetap berjalan untuk sementara waktu.
1. Del Monte ajukan Bab 11 sebagai strategi pemulihan bisnis
Del Monte memilih jalur Bab 11 (kepailitan) dalam Undang-Undang Kepailitan AS untuk menata ulang struktur keuangan dan operasionalnya. Proses ini memungkinkan perusahaan tetap menjalankan bisnis sembari merestrukturisasi utang dan menyusun strategi pemulihan jangka panjang. Langkah ini juga bertujuan melindungi aset serta menjaga stabilitas perusahaan selama transisi kepemilikan.
Presiden dan CEO Del Monte Foods, Greg Longstreet menegaskan, keputusan ini diambil usai mengevaluasi berbagai opsi bisnis yang tersedia. Ia menyebut proses penjualan dengan pengawasan pengadilan sebagai metode paling efektif untuk mempercepat pemulihan perusahaan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Del Monte masih memiliki rencana berkelanjutan untuk eksis di industri pangan.
"Setelah evaluasi menyeluruh terhadap semua opsi yang tersedia, kami memutuskan proses penjualan yang diawasi pengadilan adalah cara paling efektif untuk mempercepat pemulihan dan menciptakan Del Monte Foods yang lebih kuat dan bertahan lama,” kata dia dalam pernyataannya, dikutip dari CNN Business, Rabu (2/7/2025).
Langkah ini bukan hanya reaktif terhadap masalah keuangan, tetapi juga mencerminkan respons strategis menghadapi perubahan perilaku konsumen dan tekanan pasar. Dengan perlindungan hukum, perusahaan memiliki ruang untuk bernegosiasi ulang dengan kreditur dan menyusun ulang portofolio bisnisnya. Del Monte juga berharap proses ini membuka peluang kolaborasi baru dengan investor strategis.
2. Utang jumbo dan konflik kreditur jadi pemicu pailit
Del Monte mengajukan dokumen pailit dengan menyebut jumlah utang di kisaran 1 miliar hingga 10 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 16,24 triliun hingga Rp162,47 triliun. Perusahaan juga menyatakan memiliki antara 10 ribu hingga 25 ribu kreditur. Ini menjadikan kasus Del Monte sebagai salah satu proses kepailitan dengan jangkauan luas dalam industri makanan global.
Masalah utang Del Monte telah berlangsung cukup lama, bahkan memicu konflik hukum pada 2024 lalu. Ketika itu, sejumlah kreditur menggugat perusahaan karena menilai Del Monte melakukan pelanggaran dalam restrukturisasi utang senilai 725 juta dolar Amerika atau sekitar Rp11,24 triliun. Gugatan ini muncul setelah perusahaan memindahkan aset ke entitas baru yang tidak berada dalam kendali kreditur lama, strategi yang dikenal sebagai drop-down transaction.
Meski tengah menghadapi tekanan, Del Monte berhasil mengamankan pendanaan darurat sebesar 912,5 juta dolar Amerika atau sekitar Rp14,82 triliun, termasuk dana segar senilai 165 juta dolar Amerika atau sekitar Rp2,68 triliun. Dana ini dirancang untuk memastikan operasional tetap berjalan normal selama proses hukum berlangsung. Dengan pendanaan ini, perusahaan berupaya mempertahankan rantai pasok dan pelayanan kepada mitra bisnis serta konsumen.
"Dengan struktur modal yang lebih baik, posisi keuangan yang lebih baik, dan kepemilikan baru, kami akan berada pada posisi yang lebih baik untuk meraih kesuksesan jangka panjang," ujar Longstreet.
3. Operasional dan distribusi tetap berjalan selama proses hukum
Meskipun mengajukan pailit, Del Monte memastikan kegiatan produksi dan distribusi tidak akan terhenti dalam waktu dekat. Perusahaan menjamin merek-merek andalannya, seperti buah kaleng Del Monte dan teh siap minum Joyba, tetap tersedia di pasar. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan mempertahankan posisi merek di tengah proses transisi.
Anak perusahaan Del Monte yang berada di luar Amerika Serikat juga tidak termasuk dalam proses hukum ini. Dengan demikian, operasional di wilayah seperti Asia dan Amerika Latin tetap berjalan seperti biasa. Ini menjadi penegasan bahwa dampak kepailitan hanya terbatas pada entitas hukum yang berbasis di Amerika Serikat.
Langkah mempertahankan operasional juga menunjukkan Del Monte berupaya meminimalkan disrupsi dalam rantai pasok global. Perusahaan masih memegang komitmen untuk memenuhi kontrak bisnis dan permintaan pasar. Ini menjadi indikator proses kepailitan tidak selalu identik dengan kehancuran total, melainkan bisa menjadi fase transisi untuk kembali bangkit.
4. Del Monte punya rekam jejak global selama lebih dari satu abad
Del Monte memiliki sejarah panjang di industri makanan, dimulai dari abad ke-19 di California. Merek Del Monte pertama kali diperkenalkan pada 1892 untuk produk buah persik kaleng, yang kala itu menjadi simbol produk pangan premium. Perusahaan ini dikenal sebagai pelopor produk berbasis nabati dan telah membangun reputasi kuat di pasar domestik maupun internasional.
Secara resmi berdiri pada 1916, Del Monte terus mengembangkan bisnisnya, termasuk berekspansi ke pasar Asia dan kawasan tropis. Pada 1968, perusahaan mulai memperluas pasar ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lewat akuisisi dan distribusi produk tropis. Pada 2004 dan 2007, Del Monte juga membentuk entitas bisnis khusus untuk mempercepat distribusi internasionalnya melalui skema joint venture.
Meski kini menghadapi tantangan besar, pengalaman panjang Del Monte dalam manajemen global menjadi modal penting untuk proses transformasi berikutnya. Banyak pengamat menilai bahwa perusahaan masih memiliki nilai merek yang tinggi dan potensi untuk pulih bila akuisisi dilakukan oleh pihak yang tepat. Sejarah panjang ini sekaligus menjadi pengingat bahwa reputasi dan inovasi saja tak cukup jika manajemen keuangan tidak dikelola secara hati-hati.
Kisah Del Monte memberikan pelajaran berharga bagi pelaku bisnis dan investor tentang pentingnya strategi keuangan yang adaptif. Dalam era disrupsi dan ketidakpastian ekonomi global, bahkan perusahaan dengan sejarah cemerlang pun bisa terjerat utang. Bagaimana Del Monte bangkit dari krisis ini akan menjadi sorotan dunia bisnis dalam beberapa bulan ke depan.